04 July 2022, 19:10 WIB

PB IDI Bersama WMA Review Kode Etik Kedokteran


M. Iqbal Al Machmudi | Humaniora

MI/Andri Widiyanto
 MI/Andri Widiyanto
Dokter menggunakan APD saat memeriksa gigi pasien anak di tengah penyebaran covid-19.

ASOSIASI Dokter Sedunia (World Medical Association/WMA) dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melakukan review terhadap kode etik kedokteran yang akan diterapkan oleh dokter seluruh dunia.

Review kode etik kedokteran atau International Code of Medical Ethics (ICoME) dilakukan pada 4-5 Juli 2022 di Hotel Pullman Jakarta.

"Ini hubungan antara IDI dan WMA, sekaligus menjadi bagian penting untuk kita. Sebab, perkembangan medical ethic ini secara internasional, perkembangan teknologi, disrupsi, digitalisasi pelayanan kesehatan, sehingga membutuhkan evaluasi," ujar Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi.

Baca juga: WHO Pastikan Cacar Monyet Berisiko bagi Kelompok Rentan

Simposium bertopik pada masalah etika kedokteran di masa kini. Ini menjadi legacy PB IDI melaksanakan simposium dan bisa memberikan rekomendasi yang baik di court medical ethics di forum WMA tahun ini.

Medical court ethic menjadi satu upaya dalam melindungi masyarakat. PB IDI bersama WMA memiliki visi yang sama. Serta, menjadi pembuktian dalam pengembangan kesehatan dan ilmu kedokteran, yang bersinergi dengan pemerintah.

"Ini upaya review dari international court medical ethics, karena dalam kaitannya dengan perkembangan saat ini. Dalam konteks bahwa court ethic ini bagian dari profesi kedokteran," imbuhnya.

Baca juga: Presiden Instruksikan Evaluasi Kebijakan PPKM

Adapun hal yang dibahas mencakup perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), hingga media sosial. "Kita bicara problem global yang sama. Kemudian, dilakukan penguatan dan review dengan kondisi saat ini," jelas Adib.

Simposium juga menjadi tanda bahwa profesi kedokteran bukan profesi yang stagnan. Profesi ini terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Penguatan kode etik menjadi satu bagian penting dalam sebuah profesi.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan simposium PB IDI dan WMA mejadi salah satu bentuk kepercayaan WMA kepada Indonesia. "Ternyata pengobatan itu tidak hanya di tempat praktik saja, tapi menyangkut masalah hukum, komunikasi dan organisasi," tuturnya.(OL-11)
 

BERITA TERKAIT