27 June 2022, 14:59 WIB

30.900 Lulusan SMP di Kota Depok tidak Tertampung di SMA Negeri


Kisar Rajaguguk | Megapolitan

MI/Supardji Rasban
 MI/Supardji Rasban
Ilustrasi

PULUHAN ribu orang lulusan sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Depok, Jawa barat tidak diterima di sekolah menengah atas (SMA) negeri tahun ajaran 2022/2023.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Negeri Kota Depok yang sekaligus Kepala SMA Negeri 1, Usep Kasman mengatakan jumlah lulusan SMP yang diterima di SMA Negeri tahun ajaran 2022/2023 hanya 4.600 orang karena terbatasnya jumlah sekolah dan robongan belajar (Rombel).

Data Dinas Pendidikan Kota Depok mencatatkan ada 35.500 lulusan SMP baik itu negeri dan swasta. " Namun yang diterima di SMA/SMK Negeri hanya sebanyak 4.600 orang. Sisanya sebanyak 30.900 orang tersingkir," kata Usep Kasman Senin (27/6).

Di Kota Depok cuma 15 SMA Negeri hanya mampu menampung 4.600 lulusan SMP. Untuk dapat menampung lulusan yang lebih banyak, ia mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat perlu untuk menambah jumlah SMA Negeri. "Minimal di satu kecamatan satu SMA negeri. Kota Depok punya 11 Kecamatan," ungkapnya Senin (27/6).

Pemprov Jawa Barat perlu juga menambah jumlah rombel. Saat ini tiap-tiap SMA Negeri hanya punya 10 rombel. " Perlu ditambah dua rombel menjadi 12 rombel, " ucapnya.

Selain itu, sekolah yang hanya memiliki satu lantai juga perlu ditingkat jadi dua lantai, " ujar dia.

Saat ini mayoritas SMA Negeri di Kota Depok hanya punya satu lantai dengan daya tampung 4.600 orang siswa.

Keterbatasan jumlah SMA Negeri yang cuma 15 berbanding terbalik dengan jumlah lulusan SMP.

Untuk menampung jumlah lulusan SMP di Kota Depok yang mencapai 35.500 orang tiap tahun, Pemprov Jawa barat minimal harus membangun 11 SMA Negeri di Kota Depok.

Usep menambahkan, SMA Negeri tidak bisa memenuhi harapan orang tua yang ingin memasukkan putra putrinya ke SMA Negeri lantaran terbatasnya jumlah sekolah dan rombel.

Ia memaklumi kekecewaan para orang tua. " Kita maklum jika orang tua siswa mengeluh. Kekecewaan itu bukan karena sistem zonasi, afirmasi, prestasi, kepindahan orang tua. Melainkan pemerataan sekolah yang belum menyeluruh. (OL-12)

BERITA TERKAIT