05 June 2022, 16:50 WIB

Wakil Ketua MPR Inisiasi Pagelaran Wayang Ratu Kalinyamat di Yogyakarta


Ardi Teristi Hadi | Humaniora

MI/ARDI TERISTI HADI
 MI/ARDI TERISTI HADI
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat Menyerahkan Wayang Ratu Kalinyamat kepada Dalang Ki Catur Kuncoro sebelum Pementasan.

PAGELARAN wayang kulit bertajuk Rainha De Japora dipentaskan di Ndalem Yudanegaran, Sabtu (4/6) malam. Pentas wayang ini merupakan bagian dari meluruskan sejarah tentang sosok Ratu Kalinyamat yang selama ini dikenal oleh masyarakat umum.

Pentas Wayang yang disajikan oleh dalang Ki Catur Kuncoro berkisah tentang kepahlawanan Ratu Kalinyamat dalam memerangi bangsa Portugis yang mengancam kedaulatan wilayah laut Nusantara/ Indonesia. Bahkan, Rainha de Japora yang tercatat di sejarah bangsa Portugis, yang tak lain, adalah Ratu Kalinyamat.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menyampaikan, pihaknya menginisiasi pementasan wayang kulit ini agar sosok Ratu Kalinyamat lebih dikenal luas oleh masyarakat. Ratu Kalinyamat saat ini tengah diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional.

Baca juga: Pemerhati Museum Harap DPR tidak Beri Harapan Palsu

Baca juga: 7 Kloter Jemaah Haji Sampai, Berikut Kegiatan di Madinah

"Naskah akademiknya selesai setelah kami mendapat sumber-sumber primer yang berupa data sejarah dari Portugis," kata dia sebelum pementasan wayang tersebut.

Menurut dia, pementasan ini sangat penting karena kebanyakan masyarakat di Jawa memiliki persepsi yang tidak sepenuhnya benar tentang sosok Ratu Kalinyamat. Bahkan, ada lakon-lakon tentang Ratu Kalinyamat tidak sepenuhnya benar.

"Misalnya, selama ini kalau bicara Ratu Kalinyamat yang dikenal hanya topo wudo (bertapa telanjang) saja. Topo wudo tidak bisa diartikan secara harafiah, dia bertapa secara telanjang saja," kata dia.

Padahal, dari sejarah yang ada, Ratu Kalinyamat memiliki nilai-nilai heroisme dan memiliki pemikiran yang melebihi zamannya, yaitu tentang poros maritim. Ia berhasil memobilisasi kerajaan-kerajaan yang berdaulat saat itu dari Aceh sampai Maluku untuk bertahan agar Aceh tidak masuk.

"Kami ingin menunjukkan bahwa Ratu Kalinyamat benar-benar layak diberikan gelar pahlawan nasional. Pemikiran-pemikiran Ratu Kalinyamat masig relevan untuk saat ini," ujar dia.

Selain itu, Ratu Kalinyamat adalah seorang perempuan. Pada masa itu, sekitar tahun 1.500an, ia memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menggalang kekuatan. "Ratu Kalinyamat mengingatkan kita bahwa kekuatan maritim adalah bagian terpenting (dalam menjaga kedaulatan)," ujar dia.

Sementara itu, Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Mohamad Reza menyampaikan, pentas wayang kulit yang menampilkan sosok Ratu Kalinyamat sangat penting sekali. "Kami mendukung diangkatnya tradisi dan budaya lokal di penyiaran seperti ini," kata dia.

Reza menyampaikan, Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya yang sangat layak untuk diangkat ke lembaga penyiaran. Dalam regulasi penyiaran, ada 10 persen konten lokal yang harus menjadi isi dari lembaga penyiaran.

"Dalam pergelaran kali ini, misalnya. Saya surprise setelah mengenal sosok Ratu Kalinyamat. Ini perlu disampaikan ke lebih banyak orang dan akan lebih efektif jika dilakukan melalui lembaga penyiaran," kata dia.

Selain pementasan wayang, acara tersebut juga menghadirkan seniman Sujiwo Tedjo. Dalam pagelaran tersebut, Sujiwo Tedjo menembang sinom dan melantunkan lagu Titi Kala Mangsa. (H-3)

BERITA TERKAIT