25 April 2022, 21:12 WIB

Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga, Warga Diminta Menjauh Radius 5 Km


Insi Nantika Jelita | Humaniora

Antara/ Sigid Kurniawan
 Antara/ Sigid Kurniawan
Ilustrasi Gunung Anak Krakatau erupsi

PUSAT Vulkanologi Dan Mitigasi BeNcana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari sebelumnya Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung sejak 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. 

Masyarakat sekitar diminta untuk menyesuaikan peningkatan status ini dengan tidak beraktivitas dalam radius 5 Kilo meter (km) dari kawah aktif.

"Peningkatan status ini dilakukan setelah melihat hasil pemantauan visual dan instrumental Gunung Anak Krakatau menunjukkan adanya kenaikan aktivitas yang semakin signifikan," ungkap Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam keterangan resmi, Senin (25/4).

Sehubungan dengan peningkatan aktivitas tersebut, Eko meminta agar masyarakat atau wisatawan maupun pendaki tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius dekat dari kawah aktif.

"Masyarakat di wilayah pantai Banten dan Lampung diharapkan tenang dan jangan percaya isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami," kata Eko.

Sementara itu, Kepala PVMBG Hendra Gunawan menjelaskan berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh Gunung Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi, karena itu masyarakat yang bermukim atau yang beraktifitas di luar jarak radius 5 Km dari pusat kawah relatif aman.

Baca juga : Pemerintah Didesak Terus Gencarkan Imbauan Mudik Lebih Awal

"Masyarakat yang ada diluar 5 km itu tetap tenang, termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau)," kata dia.

"Jadi relatif aman, tetapi untuk kehati-hatian diminta untuk tetap mengikuti update informasi yang dikeluarkan Badan Geologi," tambah Hendra. 

Sejak 15 April 2022 Gunung Anak Krakatau dilaporkan terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Secara visual, sebutnya, sudah terekam hembusan asap maupun tinggi erupsi kolom dengan variasi dari setinggi 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut, dan tiga hari terakhir sudah mencapai 3.000 meter.

"Kalau kita melihat bagaimana kondisi tekanan yang ada di tubuh anak Krakatau, mulai terekam intensif sebetulnya sejak 21 April 2022 atau 3-4 hari yang lalu dan ini artinya berkorelasi dengan meningkatnya tinggi kolom abu yang menjadi 3.000 meter dari muka air laut," terang Hendra.

Ia menambahkan, peningkatan data emisi SO2 atau sulfur dioksida juga terlihat. Berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada tanggal 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, meningkat menjadi 68,4 ton/hari pada 15 April dan meningkat drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton/hari.

Pantauan SO2 dari magma ini menurutnya, berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Peningkatan SO2 yang dianggap signifikan itu mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava. 

"Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 12,4 kilo ton dan September-Oktober 2018 19,4 kilo ton," pungkas Hendra. (OL-7)

BERITA TERKAIT