28 February 2022, 21:20 WIB

Perbankan Anggap Sepi Swasembada Kedelai


Media Indonesia | Ekonomi

Dok NasDem
 Dok NasDem
Ayep Zaki saat panen kedelai di Sukabumi, Jawa Barat.

PIHAK perbankan tidak ada yang tertarik untuk membiayai budidaya kedelai. Padahal dukungan itu diperlukan untuk mewujudkan swasembada kedelai. Kondisi tersebut harus menjadi perhatian serius.

"Saya sudah satu tahun ini bertemu dengan banyak bank agar mau membiayai swasembada kedelai yang saya geluti. Tapi sampai hari ini belum ada satu pun yang tertarik untuk membiayai budidaya kedelai. Ini memang mesti menjadi perhatian secara khusus," ungkap anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ayep Zaki di Sukabumi, Jawa Barat, Senin (28/2).

Faktor itulah yang mendasari kebutuhan kedelai dalam negeri sulit terpenuhi, dan tergantung pada produk impor. Ayep mengungkapkan pada 2022 Kementerian Pertanian telah mencanangkan kebutuhkan 600 ribu hektare di seluruh Indonesia untuk penanaman kedelai. Dengan cakupan lahan seluas itu jelas dibutuhkan dukungan perbankan untuk pembiayaan.

"Kendala yang paling besar yang dihadapi saat ini adalah tingkat kemudahan akses perbankan, ini sangat susah sekali. Meskipun dikabarkan bank-bank diminta dan mau mendanai petani kedelai, namun faktanya sangat susah. Saya harus akui agak susah terkoneksi dengan perbankan," terang Ayep Zaki lagi.

Ia menyatakan sanggup mewujudkan swasembada kedelai dalam tempo yang dicanangkan pemerintah. Hanya saja pemerintah harus membuat regulasi termasuk perbakan agar bisa bersama-sama untuk mewujudkan swasembada tersebut.  

Dengan pengalaman yang sudah sejak 2015 bergelut di dunia pertanian, Ayep Zaki bersama tim secara teknis sudah sangat siap untuk swasembada kedelai. Masalah kebutuhan bibit baik yang berlabel kuning, putih, ungu, dan biru, sudah bisa bekerja sama dengan Balai Benih Kementerian Pertanian. 

"Masalah kedua adalah pupuk. Pupuk juga sudah ditemukan yang mampu memenuhi kebutuhan tanaman kedelai, sehingga kami sangat optimistis dengan budidaya kedelai itu akan berhasil. Itu karena nutrisi untuk tanaman kedelainya sudah ada," papar Ayep Zaki. 

Masalah ketiga, dan ini yang paling inti, adalah dukungan dunia perbankan yang benar-benar berkomitmen terhadap terealisasinya swasembada kedelai. "Bila tidak ada dukungan dunia perbankan, swasembada kedelai memang akan terus menjadi ilusi," jelas Ayep Zaki.

Bila swasembada kedelai ini tidak direspons secara cepat, harga kedelai bukan tidak mungkin bisa mencapai Rp15 ribu per kilogram. Per hari ini (28/2) saja harganya sudah Rp11 ribu. Itu sebabnya Ayep menegaskan, ia bersama NasDem akan menjadi yang terdepan dalam mewujudkan swasembada kedelai. 

Kebutuhan kedelai Indonesia kurang lebih tiga juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hanya dibutuhkan lahan dua juta hektare tanaman kedelai. Masalah budidaya kedelai, solusi yang harus dilakukan, selain dari program pemerintah, juga harus digenjot program produksi kedelai mandiri yang dibiayai perbankan langsung dengan petani dan off taker. (RO/O-2)

BERITA TERKAIT