08 February 2022, 14:05 WIB

Belasan Siswa SMA/SMK Positif Covid-19, PTM Tetap Dilanjutkan


Nurul Hidayah | Nusantara

Ant/Dedhez Anggara
 Ant/Dedhez Anggara
Kota Cirebon membatasi aktivitas warganya dengan menutup ruas jalan untuk mencegah penyebaran covid-19, beberapa waktu lalu.

TERCATAT ADA 18 siswa tingkat SMA/SMK di Kota Cirebon terpapar Covid-19. Penutupan kelas dimana siswa belajar di kelas tersebut dilakukan.

Kasi Pelayanan Pendidikan Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah X Jabar, Rudianto, menjelaskan, pihaknya sudah mendapat laporan adanya siswa SMA/SMK di Kota Cirebon yang terpapar Covid-19. Dimulai dari SMA Negeri 1 sebanyak 9 orang, SMA Negeri 2 sebanyak 4 orang, SMA Negeri 3 sebanyak 1 orang, SMA Negeri 4 sebanyak 2 orang, SMA Negeri 9 sebanyak 1 orang dan SMK Negeri 2 sebanyak 1 orang. "Untuk guru tidak ada (yang positif)," ungkap Rudianto, Selasa (8/2).

Untuk langkah pencegahan, mereka menutup kelas dimana siswa yang terpapar Covid-19 tersebut belajar. "Durasinya selama 1 minggu," tutur Rudianto. Jika dipresentase, jumlah siswa SMA/SMK yang terpapar Covid-19 di Kota Cirebon ada di angka 0,01 persen.

Ditambahkan Rudianto, semua siswa yang terpapar Covid-19 tanpa gejala. Seluruhnya kini melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.

Sementara itu, Kepala KCD Pendidikan Wilayah X Jabar, Ester Miory Dewayani menjelaskan saat ini sesuai dengan kebijakan di daerah, PTM 100 persen terbatas masih dilakukan di Kota Cirebon. "Tapi kami segera berkoodinasi dengan kepala daerah dan satgas Covid-19," tutur Ester. Koordinasi dimaksudkan untuk memastikan pola pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Cirebon.

Dijelaskan Ester, saat ini Kota Cirebon sudah menerapkan PPKM level 3. Jika mengacu ke SKB 4 menteri, harusnya diterapkan PTM 50 persen. "Besok juga kita akan melakukan rapat evaluasi dengan pengawas dan kepala sekolah SMA/SMK se Kota Cirebon," tutur Ester.

Sementara itu menyinggung siswa SMA/SMK yang terpapar Covid-19, saat ini telah dilakukan langkah antisipasi agar tidak menyebar. Dimulai dari penutupan kelas dimana siswa yang terpapar tersebut belajar serta tracing dan testing kontak erat, baik siswa maupun guru.

"Saya paham, ketika anak-anak begitu euforia karena dua tahun tidak bersekolah, mereka bahagia bertemu teman dan guru. Akibatnya siswa mengendurkan protokol kesehatan (prokes)," ujarnya. (OL-13)

Baca Juga: Ini Peran Tiga Tersangka Penilap 3,3 ha Aset Tanah Pemda Mabar

BERITA TERKAIT