LEMBAGA Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) memproyeksikan tingkat kemiskinan pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81% setara 29,3 juta penduduk miskin.
Peneliti Ideas bidang Ekonomi Makro Askar Muhammad mengungkapkan, proyeksi itu dipicu dari melemahnya anggaran perlindungan sosial (perlinsos) yang membuat banyak penduduk miskin tidak terlindungi secara ekonomi di saat pandemi. "Ketika beban krisis membuncah dan pandemi belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, alokasi anggaran perlinsos justru menurun," ujar Askar dalam keterangannya, Kamis (9/12).
Dia menjabarkan, pada 2020 realisasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) perlinsos mencapai Rp216,6 triliun. Namun, di 2021 alokasinya turun menjadi Rp184,5 triliun dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 jumlahnya menyusut menjadi Rp153,7 triliun.
"Perlindungan sosial berperan penting dalam menopang keluarga miskin yang terdampak keras oleh pandemi,” kata Askar. Dia menilai, pemerintah terlihat berupaya keras memulihkan perekonomian seiring berakhirnya gelombang ke-2 pada Juli 2021 mulai dari pembukaan aktivitas sosial-ekonomi, termasuk sekolah dan event olahraga.
Namun arah pemulihan ke depan, khususnya dalam perlindungan sosial, dinilai Askar masih terlihat tidak pasti. Sejak pandemi, dia mengatakan, terlihat pola yang konsisten, rasio tabungan kelas atas meningkat tajam dan rasio tabungan kelas bawah semakin terpuruk.
Pangsa simpanan masyarakat di perbankan dengan tier nominal di atas Rp5 miliar dilaporkan meningkat dari 46,2% pada Desember 2019 menjadi 50,7% pada September 2021. Pada saat yang sama, pangsa simpanan dengan tier nominal di bawah Rp100 juta menurun dari 14,5% menjadi 13,0%. "Secara keseluruhan, kecenderungan menabung yang semakin tinggi oleh si kaya ini akan membuat konsumsi agregat menurun sehingga melemahkan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi," tutup Askar. (OL-14)