07 February 2020, 21:55 WIB

Bangkitkan Ekonomi dan Pendidikan Aceh lewat Kenduri Kebangsaan


Melalusa Susthira K | Nusantara

ANTARA/AMPELSA
 ANTARA/AMPELSA
Sejumlah wisatawan berkunjung ke lokasi wisata Sungai Batee Iliek di Kecamatan, Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh, Kamis (6/6). 

GELARAN Kenduri Kebangsaan yang akan dilangsungkan di Bireuen dalam waktu dekat dapat menjadi momentum untuk membangkitkan kesejahteraan Aceh lewat pelbagai bidang. 

Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menyebut Kenduri Kebangsaan dapat menjadi momentum untuk mendorong ekonomi Aceh bangkit kembali lewat menggelorakan semangat kewirausahaan.

“Kenduri nasional ini kita harapkan bisa menjadi momentum untuk membangkitkan ekonomi Aceh ini, mendorong kembali semangat wirausaha orang-orang Aceh, pedagang-pedagang Aceh ini kan wirausahanya banyak,” terang Azyumardi, Jumat (7/2).

Selain mendorong kembali ekonomi Aceh, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menyebut Kenduri Kebangsaan dapat pula menjadi momentum untuk mendorong kembali revitalisasi Aceh sebagai pusat pendidikan dan intelektualisme Islam, baik di tingkat nasional hingga regional. 

Menurut Azyumardi sejumlah perguruan tinggi Islam di Aceh sudah memiliki kualitas yang cukup baik, untuk itu ia lebih menekankan tendensinya pada lembaga pendidikan Islam di tingkat dasar dan menengah di Aceh yang perlu diakselerasi.

“Membangkitkan kembali tradisi intelektual, menghidupkan kembali Aceh sebagai pusat intelektualisme Islam bukan hanya di Indonesia tapi di Asia Tenggara. Jadi kalau Aceh disebut sebagai Serambi Mekkah, maka lembaga pendidikan tradisional di Aceh harus didorong, dihidupkan kembali, dimodernisasi. Dalam hal ini adalah dayah, dayah itu adalah kekuatan keislaman di Aceh,” terangnya.

Baik menghidupkan kembali ekonomi dan intelektualisme Aceh, didasari Azyumardi pada sejarah dan tradisi Aceh yang memang berjaya pada dua bidang tersebut saat masa keemasannya. 

Dalam bidang pendidikan, Azyumardi menyebut negeri Serambi Mekkah itu menjadi salah satu pusat studiIslam paling tua di nusantara, yang menelurkan tokoh-tokoh intelektual muslim dan membentuk tradisi Islam di nusantara itu sendiri. Di antaranya, Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri, hingga Abdurrauf as-Singkili.

“Aceh sebagai pusat intelektualisme Islam yang pertama. Banyak orang muslim Indonesia tidak begitu tahu mengenai peran Aceh sebagai pusat intelektualisme Islam di nusantara ini, dimulai dengan kemunculan dan juga berjayanya tokoh-tokoh pemikir muslim, intelektual muslim. Tokoh-tokoh ulama besar-besar yang saya kira peranan mereka dalam membentuk pemahaman keislaman, tradisi keislaman, praktek keislaman di nusantara ini besar sekali,” papar Azyumardi.

Adapun dalam bidang ekonomi, disebut Azyumardi, Aceh pada masa keemasannya pernah sangat aktif dalam perdagangan bebas internasional, sekaligus menjadi pintu masuk perdagangan dari luar ke nusantara. Bahkan berdasarkan riwayat sejarahnya, kapal-kapal dagang Aceh yang membawa rempah-rempah berlayar hingga ke Laut Tengah, yang membawa produk hasil bumi nusantara pada masa itu sampai hingga benua Eropa.

Baca juga:Berbenah Menuju Aceh Sejahtera

Di samping kekuatan perdagangannya yang unggul, Azyumardi menyebut di masa Kesultanan Aceh juga memiliki basis militer yang sangat kuat. Sehingga menjadikan Aceh yang terletak di ujung barat nusantara sebagai benteng pertahanan dari para penjajah Eropa yang berusaha masuk ke nusantara. 

Sebelum Kesultanan Aceh berdiri, Aceh telah menempati posisi sebagai peradaban Islam tertua di nusantara dengan berdirinya Kesultanan Perlak lalu Kerajaan Samudera Pasai - sebagai kerjaan Islam tertua di nusantara.

Bahkan Azyumardi mengatakan bahwa kekuatan militer Aceh pada masa lampau juga disumbang berkat peran kaum perempuan yang ikut turun langsung dalam berperang melawan penjajah. Tak hanya terlibat dalam perang, Azyumardi menyebut Aceh juga menunjukkan teladan bagi pemberdayaan dan kedudukan kaum perempuan dengan mengangkat empat ratu di tengah kejayaan Kesultanan Aceh.

“Jadi Aceh ini menunjukkan contoh kepada kita (masyarakat) Indonesia ini dan juga kepada dunia bahwa kaum perempuan itu bisa menjadi pemimpin, raja, ratu, tentara,” pungkasnya.

Kenduri Kebangsaan yang digelar oleh Yayasan Sekolah Sukma Bangsa dan Forbes DPD DPR RI akan dilangsungkan pada Sabtu, (22/2) mendatang. 

Kenduri Kebangsaan digelar untuk mengingat sejarah berdiri Yayasan Sekolah Sukma Bangsa, yang didirikan oleh Chairman Media Group Surya Paloh untuk pendidikan anak Indonesia, khususnya anak-anak yang berasal dari Aceh. 

Acara yang dilangsungkan di Bireuen tersebut akan dihadiri sejumlah tokoh nasional, mulai dari menteri hingga Presiden Joko Widodo. (A-2)

BERITA TERKAIT