AFGHANISTAN, negeri yang tak bisa lepas dari invasi dan perang saudara. Perang meluluhlantakkan perekonomian juga sendi-sendi kehidupan sosial.
Bangsa Afghanistan berantakan. Kisah suram perempuan-perempuan yang kehilangan suami atau anggota keluarga lelaki mereka akibat perang menjadi noda lainnya.
Menurut perkiraan organisasi kemanusiaan, di Afghanistan ada sekitar 2,5 juta janda atau 8% dari jumlah penduduk. Sebagian besar dari mereka muda dan buta huruf.
Di Afghanistan, perempuan bergantung pada suami di semua bidang kemasyarakatan sehingga kehilangan suami ialah bencana. Mereka harus menghadapi kemiskinan dan pengucilan sosial hingga para janda itu merasa hidupnya telah berakhir sebelum benar-benar dimulai.
Laporan PBB pada 2014 menyebutkan, di Afghanistan, janda sering ditolak sebagai orang yang tidak bermoral atau dianggap beban. Mereka mengalami kekerasan, pengusiran, pengucilan, dan terkadang dinikahkan paksa dengan ipar laki-lakinya.
Namun, di atas bukit, 15 kilometer tenggara Kabul, berdenyut kehidupan di bukit janda, Zanabad. Kota perempuan pertama di lereng berbatu ini sudah ada sejak 1990-an.
Penghuninya bertahan dari semua kekacauan dalam empat dekade terakhir. Para janda itu membangun rumah dan berharap bisa lolos dari stigma. Awalnya, orang-orang memandang rendah perempuan Zanabad, yang memecah tabu dengan tinggal sendiri dan membangun desanya sendiri. Namun, nyatanya komunitas yang dibangun mandiri di lereng tak bertuan itu telah menjadi rumah bagi 500 janda.
Ini ialah cerita tentang kemampuan perempuan mengatasi tantangan, di sebuah negara yang perempuannya lazim diberitakan sebagai korban. (M-1)