08 April 2023, 11:30 WIB

Qunut saat Salat Witir sejak Pertengahan Ramadan, Dalil dan Caranya


Wisnu Arto Subari | Ramadan

Antara/Irwansyah Putra.
 Antara/Irwansyah Putra.
Ilustrasi.

TERMASUK yang disunahkan dalam salat tarawih pada Ramadan yaitu qunut saat salat witir. Namun, qunut witir tidak dilakukan sejak awal Ramadan, tetapi dimulai sejak pertengahan atau malam di hari kelimabelas atau malam ke-16. 

Apa dalil qunut witir sejak pertengahan Ramadan dan bagaimana melakukannya? Berikut penjelasannya sebagaimana dikutip @fiqhgram di Instagram.  

Dalil qunut witir

Qunut witir berdalil atas riwayat dalam Sunan Abu Dawud.

Baca juga: 10 Sunah dalam Puasa Menurut Imam Nawawi

عَنِ الْحَسَنِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، «فَكَانَ يُصَلِّي لَهُمْ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَلَا يَقْنُتُ بِهِمْ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْبَاقِي، فَإِذَا كَانَتِ الْعَشْرُ الْأَوَاخِرُ تَخَلَّفَ فَصَلَّى فِي بَيْتِهِ، فَكَانُوا يَقُولُونَ أَبَقَ أُبَيٌّ»

Dari Al-Hasan bahwa Umar ibn Al-Khaththāb mengumpulkan manusia untuk salat tarawih dan diimami Ubay ibn Ka'b. Beliau mengimami manusia selama 20 hari. Tidaklah membaca qunut bersama mereka kecuali ketika sampai pertengahan akhir. Jika sudah masuk 10 hari terakhir, beliau tidak menghadiri jamaah tetapi salat di rumah. Manusia pun berkata, "Ubay telah kabur." [HR Abu Dawud dalam Sunan-nya (2/65)]

Baca juga: Benarkah Imam Nawawi Membidahkan Pengucapan Niat dengan Lisan?

Ada pula dalil qunut witir pada riwayat lain yang dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab sahihnya (1100) dari jalan Urwah bin Zubair.

أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَبْدٍ الْقَارِيَّ - وَكَانَ فِي عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَرْقَمِ عَلَى بَيْتِ الْمَالِ - أَنَّ عُمَرَ خَرَجَ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ فَخَرَجَ مَعَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدٍ الْقَارِيُّ فَطَافَ بِالْمَسْجِدِ ، وَأَهْلُ الْمَسْجِدِ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ ، يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ ، فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لأَظُنُّ لَوْ جَمَعْنَا هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ .

Bahwa Abdurrahman ibn Abdil Al-Qori bahwa Umar radhiyallah anhu keluar di malam Ramadan bersama Abdurrahman Abdil Qori mengunjungi masjid-masjid. Para jamaah di masjid berpencar-pencar. Ada yang salat sendiri, ada yang berjamaah. Umar berkata, "Demi Allah kalau sekiranya mereka dikumpulkan dalam satu imam akan lebih baik."

Baca juga: Doa Menerima Zakat Fitrah Arab, Latin, dan Arti

ثُمَّ عَزَمَ عُمَرُ عَلَى ذَلِكَ ، وَأَمَرَ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَنْ يَقُومَ لَهُمْ فِي رَمَضَانَ

Lalu Umar berazam untuk hal itu dan memerintahkan Ubay bin Ka'ab untuk mengimami tarawih Ramadan.

فَخَرَجَ عُمَرُ عَلَيْهِمْ ، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ ، فَقَالَ عُمَرُ:

Lalu Umar pun keluar menemui mereka dan manusia satu jamaah dengan satu imam. Umar lantas berkata

نِعْمَ الْبِدْعَةُ هِيَ ، وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِي تَقُومُونَ -يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ- .

Ini adalah sebaik-baik bid'ah dan yang tidur lebih utama daripada yang salat di awal malam.

Baca juga: Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah dan Doa bagi Pemberi Zakat

فَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ ، وَكَانُوا يَلْعَنُونَ الْكَفَرَةَ فِي النِّصْفِ :

Maka manusia pun saalat tarawih di awal malam dan mereka mendoakan laknat bagi orang-orang kafir di pertengahan bulan

اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ ، وَلَا يُؤْمِنُونَ بِوَعْدِكَ ، وَخَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ ، وَأَلْقِ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ، وَأَلْقِ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ ، إِلَهَ الْحَقِّ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَيَدْعُو لِلْمُسْلِمِينَ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ خَيْرٍ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ .

قَالَ: وَكَانَ يَقُولُ إِذَا فَرَغَ مِنْ لَعْنَةِ الْكَفَرَةِ وَصَلَاتِهِ عَلَى النَّبِيِّ ، وَاسْتِغْفَارِهِ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، وَمَسْأَلَتِهِ:

Jika selesai mendoakan laknat dan selawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beristighfar untuk kaum mukminin, serta doa permintaan, beliau membaca doa

اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُد ُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ ، وَنَرْجُو رَحْمَتَكَ رَبَّنَا ، وَنَخَافُ عَذَابَكَ الْجِدَّ ، إِنَّ عَذَابَكَ لِمَنْ عَادَيْتَ مُلْحِقٌ،

ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَهْوِي سَاجِدًا ".

Kemudian beliau bertakbir dan turun untuk sujud. (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Qiyam Ramadhan)

Qunut witir menurut ulama

Berikut pendapat ulama terkait qunut witir. Berkata Imam Asy-Syīrōzi:

والسنة أن يقنت في الوتر في النصف الأخير من شهر رمضان لما روي عن عمر رضي الله عنه

Yang sunah hendaknya qunut pada salat witir ketika pertengahan akhir di bulan Ramadan, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari sahabat Umar radhiyallahu anhu. [Al-Muhadzdzab fi Fiqh Al-Imām Asy-Syāfi'i, Asy-Syirozi, (1/158)]

الْمَشْهُورَ فِي الْمَذْهَبِ مَا سَبَقَ وَبِهِ قَالَ جُمْهُورُ الْأَصْحَابِ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَظَاهِرُ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ كَرَاهَةُ الْقُنُوتِ فِي غَيْرِ النِّصْفِ الْآخَرِ مِنْ رَمَضَانَ

Yang masyhur dalam madzhab yaitu yang sudah disebutkan bahwa qunut witir di pertengahan Ramadan. Demikian pendapat mayoritas ulama Syafi'iyyah. Berkata Ar-Rofi'i, "Yang tampak dari ucapan Asy-Syafi'i rahimahullah dimakruhkan qunut--witir--di selain pertengahan akhir Ramadan." [Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab, An-Nawawi (4/15)]

Mengangkat tangan dalam qunut witir

Disunahkan bagi imam juga makmum yang mengaminkan untuk mengangkat tangan ketika qunut, termasuk saat witir. Ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi.

اختلف أصحابنا في رفع اليدين في دعاء القنوت و مسح الوجه بهما على ثلاثة أوجه : أصحها أنه يستحب رفعهما و لا يمسح الوجه

Para ulama Syafi'iyah berbeda pendapat dalam masalah mengangkat tangan saat qunut dan mengusap wajah dalam tiga pendapat. Pendapat yang paling sahih ialah disunahkan mengangkat tangan tanpa mengusap wajah." (Al-Adzkār, halaman 73)

Doa qunut witir

Terkait doa qunut witir, demikian pendapat Imam An-Nawawi. Namun biasanya kita memakai doa qunut witir sama dengan doa qunut saat salat subuh. 

و اعلم أن القنوت لا يتعين فيه دعاء على المذهب المختار فأي دعاء دعا به حصل القنوت و لو قنت بآية أو آيات من القرآن العزيز و هي مشتملة على الدعاء حصل القنوت و لكن الأفضل ما جاء به السنة.

Ketahuilah bahwa qunut tidak harus dengan doa tertentu sesuai mazhab yang terpilih. Doa apapun yang diucapkan, sudah disebut qunut. Walau qunut dengan ayat atau beberapa ayat dari al-Quran yang mengandung doa, sudah termasuk qunut." (Al-Adzkār halaman 720)

Baca juga: Bacaan Doa Qunut Subuh Arab, Latin, dan Terjemahan

Ada beberapa riwayat terkait doa qunut. Contohnya, doa qunut sahabat Al-Hasan ibn Ali yang sering dibaca waktu subuh atau doa qunut Umar ibn Al-Khaththab.

Doa qunut dari hadis yang diriwayatkan Al-Hasan bin Ali, cucu Rasulullah saw.

علمني رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمات أقولهن في الوتر: أللهم اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولني فيمن توليت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرماقضيت، إنك تقضي ولايقضى عليك، وإنه لايذل من واليت، ولايعزمن عاديت، تباركت ربنا وتعاليت

Rasulullah SAW mengajariku kata-kata (doa) yang harus aku ucapkan ketika salat witir, "Allahummahdinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiman ‘aafait, wa tawallanii fiman tawallait, wa baariklii fiimaa a’thait, waqinii syarramaa qadhait, innaka taqdhii wa laa yuqdhaa alaik, wainnahu laa yadzillu man walait, wa laa ya'izzu man 'adait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait."

Ya Allah berilah petunjuk kepadaku sebagaimana orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, dan berilah keselamatan kepadaku sebagaimana orang-orang yang telah engkau beri keselamatan, dan jagalah aku sebagaimana orang-orang yang telah engkau jaga, berkailah bagiku terhadap apa yang telah engkau berikan, dan periharalah aku dari kejelekan yang telah engkau tetapkan.

Sungguh engkaulah yang menetapkan dan tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagimu. Tidak ada orang yang dapat merendahkan orang yang telah engkau beri kuasa, dan tidak ada yang memuliakan orang yang telah engkau hinakan. Maka suci engkau Tuhan kami dan Engkau Maha Agung. (HR Imam Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad bin Hanbal). (Z-2)

BERITA TERKAIT