26 September 2023, 16:09 WIB

Elektabilitas Prabowo dan Ganjar Saling Adu Kuat


Media Indonesia | Politik dan Hukum

Dok New Indonesia Research & Consulting
 Dok New Indonesia Research & Consulting
Hasil survei elektabilitas calon presiden

DUA figur calon presiden dengan elektabilitas tertinggi kembali bersaing sengit. Temuan survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan Prabowo Subianto masih menempati posisi unggul dengan elektabilitas mencapai 27,8%

Baca juga: Wacana Pilpres 2024 Hanya Diikuti 2 Calon, Peneliti Senior: Potensi Munculkan Polarisasi

Elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami rebound, setelah sebelumnya sempat anjlok pada survei Mei 2023. Dengan raihan elektabilitas 25%, Ganjar berhasil memulihkan kekuatan kembali seperti pada survei Maret, tetapi masih kalah oleh Prabowo. Peringkat ketiga tetap diduduki Anies Baswedan dengan elektabilitas 13,7%.

Baca juga: Jelang Putusan Usia Capres-cawapres, Anies Yakin Hakim MK Berkompeten

“Adu kuat antara Prabowo dan Ganjar terus berlangsung, sedangkan Anies sulit mengejar keduanya,” ungkap Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono lewat keterangan yang diterima, Selasa (26/9).

Menurut Andreas, diperlukan waktu hampir setengah tahun bagi Ganjar untuk menguatkan kembali dukungan setelah jeblok pasca-heboh Piala Dunia U20. “Deklarasi pencapresan pada bulan April sebatas mengungkit kembali dari anjloknya elektabilitas Ganjar,” tandas Andreas.

Alhasil, Ganjar pun disalip Prabowo yang tengah mengalami tren kenaikan elektabilitas. “Arah pergeseran dukungan Jokowi yang tampak lebih mendukung Prabowo memberi insentif elektoral dengan terus melejitnya elektabilitas Prabowo,” lanjut Andreas.

Belakangan muncul wacana untuk menggabungkan Prabowo dan Ganjar dalam satu paket pasangan capres-cawapres. “Bergabungnya dua figur yang sama-sama pro-keberlanjutan diprediksi bisa mendorong Pilpres berlangsung hanya satu putaran. Pertanyaan selanjutnya, jika Prabowo dan Ganjar bersatu maka siapa yang akan menempati posisi capres dan siapa yang mau mengalah hanya menjadi cawapres,” imbuhnya.

Secara peta kekuatan, Ganjar hanya didukung oleh dua partai parlemen yaitu PDIP dan PPP, sisanya partai-partai non-parlemen. Prabowo lebih banyak mengoleksi dukungan, baik dari parlemen (Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat) maupun partai baru dan non-parlemen.

“Di atas kertas, kekuatan dukungan Prabowo lebih unggul, dari sisi dukungan partai-partai dan elektabilitas yang lebih tinggi,” Andreas menjelaskan.

Sebaliknya, Ganjar yang diusung oleh PDIP, satu-satunya partai yang bisa mengajukan capres-cawapres tanpa harus berkoalisi, tentu juga sulit mengalah supaya bersedia menjadi cawapres bagi Prabowo.

“Apakah dua kekuatan yang sama-sama berebut dukungan Jokowi itu bersedia menurunkan ego masing-masing dan menegosiasikan posisi capres-cawapres demi tujuan yang lebih besar, yaitu keberlanjutan arah pembangunan, sangat ditunggu oleh publik,” tegas Andreas.

Di luar posisi tiga besar, sejumlah nama bersaing memperebutkan tiket cawapres bagi koalisi yang belum menentukan figur pendamping capres. Di antaranya, Ridwan Kamil (5,3%), Puan Maharani (4,4%), dan Agus Harimurti Yudhoyono (4,1%).

Berikutnya ada Erick Thohir (3,6%) dan Sandiaga Uno (3,2%), lalu ada pula Khofifah Indar Parawansa (1,6%), Gibran Rakabuming Raka (1,5%), dan Airlangga Hartarto (1,2%). “Nama ketiganya pun beredar sebagai figur cawapres, meskipun Gibran masih tersandung syarat usia pencalonan,” kata Andreas.

Survei dilakukan pada 11-17 September 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89% dan pada tingkat kepercayaan 95%. (H-3)

BERITA TERKAIT