TINGKAT kepuasan publik terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo mencapai rekor tertinggi. Temuan survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan sebanyak 81,7% merasa puas dipimpin oleh Jokowi, atau naik tipis dari survei Juli 2023.
Di antara yang merasa puas tersebut, sebanyak 9,6% menyatakan sangat puas. Hanya 16,1% yang menyatakan tidak puas, di antaranya 0,9% merasa tidak puas sama sekali, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebesar 2,2%.
Baca juga: SMRC Beberkan Sebaran Dukungan Kelompok 212 di Pilpres 2024
Jika dilihat dari tren sejak 2020, tingkat kepuasan cenderung bergerak naik. Sempat turun tajam saat gelombang kedua pandemi Covid-19 pada pertengahan 2021, kemudian naik lagi hingga menembus batas psikologis di atas 80 persen.
"Pemulihan ekonomi dan berakhirnya status pandemi memberikan ekspektasi yang tinggi atas kinerja pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi berangsur-angsur pulih dan kini bertahan di atas 5 persen, angka yang cukup tinggi dibanding pencapaian banyak negara," ujar Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono lewat keterangan yang diterima, Selasa (26/9)
Demikian pula dengan gejolak inflasi yang dipicu disrupsi rantai pasok komoditas pangan dan energi, serta faktor geopolitik khususnya perang di Ukraina, berhasil diatasi. Ancaman masih muncul dari dampak El Nino dan larangan ekspor pangan oleh sejumlah negara.
Tetap tingginya tingkat kepuasan pada paruh kedua pemerintahan Jokowi, ditambah terpaan pandemi dan perang Ukrainda dan Rusia, memberikan optimisme bagi publik untuk arah pembangunan yang dirasa sudah tepat menuju target Indonesia menjadi negara maju pada 2045 mendatang.
Baca juga: Prabowo-Ganjar Dinilai Ideal, tapi Sulit Diwujudkan
Menurut Andreas, dominannya arus utama keberlanjutan ditunjukkan dari tingginya elektabilitas dua capres dari partai-partai terbesar yang notabene pendukung kuat pemerintah.
Prabowo Subianto diusung oleh Gerindra, partai terbesar kedua yang menjadi poros utama Koalisi Indonesia Maju (KIM). Anggotanya mencakup partai-partai di Senayan, yaitu Golkar dan PAN, termasuk Demokrat yang berada di pihak oposisi.
Selain itu Prabowo mengoleksi dukungan dari banyak partai baru dan non-parlemen, yaitu PBB, Gelora, dan Garuda. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga kerap hadir dalam agenda-agenda koalisi pengusung Prabowo, meskipun belum memutuskan secara formal.
Sedangkan Ganjar Pranowo diusung oleh PDIP yang merupakan partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut. Koalisi pengusung Ganjar juga melibatkan PPP dan dua partai non-Senayan, yaitu Perindo dan Hanura.
Di kubu perubahan, Anies Baswedan yang semula didukung dua partai oposisi yaitu Demokrat dan PKS mengalami gejolak. Demokrat memutuskan keluar dari koalisi dan beralih mendukung Prabowo setelah Muhaimin Iskandar (PKB) dipilih sebagai cawapres Anies.
Survei dilakukan pada 11-17 September 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89% dan pada tingkat kepercayaan 95%. (RO/H-3)