06 May 2023, 20:46 WIB

Menjaga Kedaulatan Ruang Udara Indonesia


Golda Eksa | Politik dan Hukum

MI
 MI
Panglima Laksamana Yudo Margono memeriksa pasukan pada peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-77 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma

"KUASAI udara untuk melaksanakan kehendak nasional, karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern".

Kutipan pernyataan Presiden RI pertama Sukarno yang dibacakan oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono di acara HUT ke-77 TNI-AU di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu, diharapkan dapat memantik semangat seluruh prajurit TNI-AU dalam membangun kekuatan udara.

Pernyataan tersebut mengisyaratkan betapa penting dan strategisnya peran TNI-AU. Panglima TNI pun mengajak bangsa ini bersama-sama membangun dan memajukan TNI AU, agar menjadi profesional, modern dan tangguh sebagai Angkatan Udara yang disegani di kawasan.

"Dengan bekal profesional, modern dan tangguh, saya yakin TNI AU mampu menjadi angkatan udara yang disegani di kawasan," kata Yudo.

Dalam sejarahnya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) yang dibentuk pada 9 April 1946 mengalami banyak persoalan, khususnya dalam upaya menjaga kedaulatan udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). TNI-AU awalnya bernama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Setelah lepas dari penjajahan Belanda, TNI-AU pada awal berdiri hanya memiliki peralatan yang sangat terbatas dan terdiri dari pesawat-pesawat sederhana. Bahkan, TNI-AU telah terlibat dalam beberapa konflik bersenjata, termasuk perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda, konfrontasi dengan Malaysia, dan konflik di Timor Timur.

Baca juga: Mengenal Kopasgat yang Diberangkatkan ke Sudan

TNI-AU juga terus mengembangkan kemampuan dan teknologi militer, termasuk melalui kerja sama dengan negara-negara asing, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis. Kini, TNI-AU menjadi salah satu kekuatan militer terbesar dan terkuat di Asia Tenggara dan terus mengambil peran dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara Indonesia.

Realitas ini pula yang mungkin membuat Presiden Joko Widodo yakin bahwa TNI-AU sanggup menjawab semua tantangan. TNI-AU, menurut Kepala Negara, harus menjadi angkatan udara yang modern dan tangguh, mampu menjaga ruang udara Indonesia, serta bertransformasi sebagai kekuatan nasional negara yang disegani dan dihormati di dunia.

Dinamika yang dihadapi ini selaras dengan penegasan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Yudo mengingatkan, dalam menyikapi situasi geopolitik dunia yang penuh ketidakpastian, prajurit TNI-AU harus selalu adaptif dan bersiap dengan berbagai kemungkinan skenario.

"TNI-AU harus selalu adaptif dan siap dengan berbagai kemungkinan skenario. TNI-AU harus jadi garda terdepan dalam menghadapi berbagi krisis yang mengancam bangsa," katanya.

Marsekal Fadjar Prasetyo selaku Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) memahami betul persoalan kebutuhan pertahanan, seperti alat utama sistem senjata (alutsista) untuk mampu mempertahankan wilayahnya kedaulatan.

HUT ke-77 TNI-AU mengambil tema Profesional, Modern dan Tangguh sebagai Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan. Menurut Fadjar, upaya menjadikan angkatan udara yang disegani di kawasan dilakukan dengan menyiapkan personil dan peralatan.

"Kita mampu menunjukkan kepada negara-negara luar bahwa kami mampu melindungi wilayah udara nasional," kata Marsekal Fadjar saat berbincang dengan salah satu stasiun televisi.

Pengamat militer ISSES Khairul Fahmi menilai setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pembangunan kekuatan udara modern dan tangguh seperti harapan Presiden, yaitu aspek organisasi, teknologi dan kesiapan operasi. Artinya, organisasi harus dikembangkan agar sesuai ragam ancaman dengan mempertimbangkan kondisi geopolitik-geostrategis, juga harus mampu menjawab tantangan dan mengantisipasi kendala.

"Aspek teknologi berarti kita membutuhkan alutsista udara yang bukan saja modern, tapi juga siap tempur, memiliki efek deteren yang memadai serta mampu beroperasi multimisi dan multi peran. Baik itu pesawat tempur, pesawat angkut, artileri pertahanan udara bahkan sistem radar," kata Khairul, akhir pekan lalu.

Kesiapan operasi ini meliputi upaya memelihara kesiapsiagaan tempur dan meningkatkan kecakapan SDM dalam pengembangan strategi operasi, serta penggunaan dan pemeliharaan alutsista. Memastikan alutsista dalam keadaan terawat, terpelihara dan siap tempur, juga memastikan ketersediaan dukungan logistik.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadikan TNI-AU semakin disegani. Pertama, pengembangan dan modernisasi teknologi militer. Artinya, TNI-AU harus terus memperbarui teknologi dan peralatan militer yang dimilikinya agar dapat menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan negara-negara lain dalam bidang pertahanan serta melakukan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi militer.

Berikutnya, pelatihan dan peningkatan kemampuan personel. Dalam hal ini TNI-AU harus memastikan bahwa personelnya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan militer yang canggih. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan yang terus-menerus serta meningkatkan kesejahteraan personel.

Hal yang tidak kalah penting ialah upaya meningkatkan kualitas manajemen dan tata kelola, membangun jaringan kerja sama dengan negara-negara lain, dan peningkatan anggaran pertahanan. Dengan melakukan hal-hal tersebut diharapkan TNI-AU dapat menjadi kekuatan militer yang tangguh dan modern dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara.

Marsekal Fadjar Prasetyo dalam buku Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan, mengatakan kekuatan udara selalu berkembang, baik pada tataran kerangka konseptual maupun dalam hal kebijakannya.

Pun dari sisi organisasi, terang Fadjar, TNI-AU dituntut untuk mampu membangun struktur organisasi yang lebih adaptif, efektif, namun tetap efisien. Di bidang teknologi, TNI-AU harus mengakuisisi teknologi dengan pendekatan berbasis kemampuan melalui akuisis sejumlah sistem senjata yang lebih modern, yang berorientasi pada kesisteman.

Menurutnya, inovasi pada kedua sektor tersebut pada gilirannya akan mentransformasikan kesiapan operasional TNI-AU sebagai instrumen strategis negara dalam mengamankan kepentingan nasionalnya.

Pentingnya meningkatkan kemampuan pengelolaan wilayah udara kedaulatan NKRI juga pernah disampaikan oleh Mantan KSAU Marsekal (Purn) Chappy Hakim. Ia menegaskan, wilayah kedaulatan suatu negara di udara memiliki nilai yang sama dengan wilayah kedaulatan di darat dan laut yang wajib dijaga dan dipertahankan, termasuk aspek pengelolaannya.

Pandangan yang dituangkan Chappy dalam buku Menegakkan Kedaulatan Negara di Udara, itu sekaligus membuka mata bahwa Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia telah menjadi ajang perebutan kepentingan banyak pihak di permukaan bumi ini.

Tidak heran dengan jika persoalan kedaulatan negara semakin mengemuka untuk dicermati sebagai sebuah nilai yang sangat erat hubungannya dengan rasa kebangsaan di tengah kancah globalisasi. Era tersebut membuat batas negara seolah-olah sirna, lantas membuat masalah kedaulatan suatu bangsa berada dalam posisi rawan.

Semoga TNI-AU dapat terus mengawal kedaulatan bangsa. “Kepada seluruh prajurit TNI AU, teruslah memegang teguh jati diri TNI, sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional," tutup Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (J-2)

BERITA TERKAIT