21 March 2023, 21:55 WIB

Jokowi Dorong Ganjar atau Prabowo, Bursa Cawapres dari Muslim Moderat Menguat


mediaindonesia.com | Politik dan Hukum

Biro Pers Sekretariat Presiden
 Biro Pers Sekretariat Presiden
Momen Ganjar Pranowo bersama Prabowo Subianto saat mendampingi Presiden Joko Widodo panen raya di Kebumen, Jawa Tengah

PRESIDEN Joko Widodo melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi dikabarkan memberikan pilihan ke Megawati antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

 

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Firman manan mengatakan, dengan keluarnya dua nama tersebut akan membuat peluang untuk Cawapres untuk tokoh-tokoh yang menurut Firman, memiliki karakter muslim moderat.

"Kalau mengadopsi pola Pak Jokowi, figur representasi muslim yang moderat sebagai pasangan bisa jadi pertimbangan untuk balancing the ticket," kata Firman.

Baca juga: Indo Barometer: 3 Nama dengan Elektabilitas Tertinggi untuk Pilpres 2024

Dengan konstelasi capres/cawapres seperti itu, tentu akan membuat poros-poros koalisi mengalami perubahan. Namun, lanjut Firman, dinamika tersebut masih menunggu keputusan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

"Keputusan Bu Mega akan menentukan pergerakan partai-partai terutama partai luar koalisi perubahan. Apabila PDIP belum menentukan capres atau paslon yang akan diusungnya, kemungkinan partai-partai atau koalisi lain juga tidak akan mengambil keputusan untuk menentukan paslon." kata dia.

Baca juga: Ini Jawaban Ganjar soal Wacana Duet dengan Prabowo di Pilpres 2024

Saat ini ada tiga koalisi yaitu Koalisi Indonesia Bersatu, Koalisi Perubahan dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Namun ketiga koalisi ini disebut masih belum final, dan menunggu langkah PDIP. Dalam pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati tersebut nama dua tokoh yaitu Prabowo dan Ganjar Pranowo.

Boros kekuatan

Sementara itu, Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai pertemuan politik tersebut memungkinkan sebabkan perubahan peta koalisi. Utamanya jika tawarannya adalah pencapresan Prabowo atau Ganjar.

Kendati demikian, jika kedua sosok tersebut berada dalam satu barisan, maka berpotensi memunculkan perang bintang.

"Gabungan dua tokoh ini sebenarnya boros dari sisi kekuatan, dan resikonya bisa perang bintang di antara mitra koalisi karena merasa sebagai yang paling kuat, utamanya PDIP dan Gerindra," terangnya.

Ketika Megawati menyetujui tawaran Jokowi, akan terjadi perubahan dalam peta koalisi, baik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

"Jika Megawati menyetujui tawaran Jokowi, maka perubahan koalisi pasti terjadi, sekurangnya pecahnya KIB karena PDIP besar kemungkinan akan didukung oleh PPP, sebaliknya di sisi PKB juga bisa saja berpikir ulang jika mereka tidak mendapat porsi maksimal dalam pemasangan Prabowo-Ganjar," tegas Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) itu.

Selain itu, situasi tersebut akan berujung pada Pilpres 2024 yang diikuti dua poros saja.

"Situasi ini memungkinkan koalisi hanya akan terbentuk 2 poros, mayoritas bisa saja ada di kubu PDIP-Gerindra, lalu kubu seberang minimal bertahan di Koalisi Perubahan," pungkasnya. (RO/Z-7)

BERITA TERKAIT