21 March 2023, 23:22 WIB

Peneliti BRIN: Politik Pencitraan Harus Ditinggalkan


Tri Subarkah | Politik dan Hukum

ANTARA/WAHYU PUTRO A
 ANTARA/WAHYU PUTRO A
Ilustrasi perhitungan suara pada pemilu

SURVEI Centre for Strategic and International Studies (CSIS) terkait perubahan preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional, dari yang merakyat dan sederhana menjadi jujur dan antikorupsi, disambut baik peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli. Menurutnya, hal itu menunjukkan pemilih muda telah bersikap kritis dan cerdas.

 

"Mereka tampaknya menginginkan bahwa pemimpin ke depan punya concern terhadap pemberantasan korupsi," kata Lili kepada Media Indonesia, Selasa (21/3).

Ia mengatakan, penyakit korupsi telah membuat Indonesia hancur dan tidak dapat maju. Rakyat, lanjut Lili, juga jadi korban karena terus hidup dalam kemiskinan akibat pemimpin yang korup. Lili berpendapat, saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat memberantas korupsi, bukan mengandalkan pencitraan semata.

Baca juga: CSIS: 114 Juta Generasi Muda akan Jadi Pemilih di Pemilu 2024

 

"Oleh karena itu saatnya memang politik pencitraan harus ditinggalkan," ujarnya.

Lebih lanjut, ia meminta partai politik untuk menyikapi perubahan preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional tersebut. Terlebih, pemilih muda yang berusia 17-39 tahun dalam kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang diprediksi mencapai 60 persen dari total pemilih.

Baca juga: Hadapi Pemilu 2024, Aljabar Strategic: Parpol Butuh Peremajaan Pemilih

"Pandangan mereka (pemilih muda) merupakan signal yang harus diperhatikan (partai politik) jika kandidatnya ingin keluar sebagai pemenang," pungkas Lili.

Hal senada juga disampaikan peneliti Saiful Mujani Research Center (SMRC) Saidiman Ahmad. Menurutnya, partai politik harus menyerap aspirasi pemilih muda yang memiliki preferensi lebih khusus terhadap calon pemimpin ketimbang pemilih lebih luas.

Meski menilai citra merakyat masih dinilai relevan, ia berpendapat calon pemimpin nasional juga harus memiliki integritas antikorupsi yang baik. Pemilih muda, sambung Saidiman, juga menginginkan calon pemimpin yang memiliki agenda langsung terhadap mereka, misalnya isu lapangan kerja dan lingkungan.

"Tapi perlu dicatat, anak muda itu, kan, kritis. Salah satu cirinya adalah kalau mereka merasa calon-calon yang ada tidak lebih menjanjikan, bisa saja mereka tidak ikut memilih," tandasnya. (Tri/Z-7)

BERITA TERKAIT