PIHAK kepolisian dijadwalkan melakukan autopsi terhadap dua korban meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10) lalu.
Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Breskrim Polri Brigjen Andi Rianto Djajadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Kamis (13/10), mengatakan autopsi terhadap dua korban tersebut dilakukan atas permintaan pihak keluarga.
"Mungkin pekan depan (dilakukan autopsi). Permintaan orangtua korban," kata Andi.
Dia menjelaskan saat ini pihak kepolisian masih melakukan pendalaman olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mendapatkan fakta-fakta penting terkait tragedi yang menyebabkan 132 orang meninggal dunia tersebut.
Menurut Andi, tim Automatic Finger Print Identification System (Inafis) Polri melakukan pendalaman pada sejumlah titik yang menjadi tempat jatuhnya banyak korban dalam kejadian tersebut.
"Melakukan pengecekan, kami mendampingi tim Inafis. Mengecek pintu-pintu atau gate. Belum masuk prarekonstruksi," tambahnya.
Baca juga: LPSK Simpulkan Penyebab Kematian Massal di Kanjuruhan
Terkait potensi tersangka baru dalam kasus tragedi Kanjuruhan tersebut, Andi mengatakan Polri masih belum bisa membeberkan secara rinci.
Namun, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebelumnya mengatakan masih ada kemungkinan muncul tersangka baru dalam tragedi usai laga pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya itu.
"Potensi tersangka baru mudah-mudahan saja," ujar Andi.
Usai pertandingan Arema FC kontra Persebaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) malam, sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan dan terjadi kericuhan.
Kericuhan semakin membesar di mana sejumlah flare dan benda-benda lainnya saling dilemparkan oleh suporter yang ada di Stadion Kanjuruhan. Petugas keamanan gabungan dari Polri dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dengan akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu, sebanyak 132 orang dilaporkan meninggal dunia karena patah tulang, trauma di kepala dan leher, serta menderita asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan ratusan orang mengalami luka ringan dan luka berat. (Ant/OL-16)