TINDAKAN impulsif yang terejawantah dalam bentuk spontanitas prajurit TNI AD dalam menyikapi pernyataan anggota DPR RI Effendi Simbolon tidak boleh dibiarkan. Menurut peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, pimpinan TNI AD harus bisa menunjukkan kematangan dalam mengarahkan dan mengendalikan para prajurit.
"Jika tidak, itu kemudian justru ibarat membenarkan apa yang dikatakan oleh politisi Effendi Simbolon sebelumnya, mirip gerombolan," kata Fahmi kepada Media Indonesia, Rabu (14/9).
"Saya kira TNI tidak ingin dan tidak boleh dicap buruk. Makanya segera hentikan apapun yang dianggap sebagai spontanitas itu," sambungnya.
Fahmi mengingatkan, membiarkan para prajurit bereaksi spontan sama halnya dengan politisasi. Ia berpendapat bahwa militer memang selalu cenderung berkepentingan menjaga otonominya terhadap intervensi sipil.
Menurutnya, sikap impulsif dalam menanggapi Effendi justru membuka peluang militer kembali terlibat dalam politik. Jika politisasi dan intervensi militer dibiarkan dalam politik, hal itu akan berujung pada penciptaan masyarakat pretorianisme.
"Yaitu kondisi di mana lembaga-lembaga politik menjadi tidak efektif menyikapi perubahan ataupun dalam merumuskan kebijakan serta pada tindakan-tindakan politik," jelasnya.
Oleh karena itu, Fahmi meminta pihak TNI maupun anggota parlemen menghentikan segala bentuk rekasi dan provokasi. Sementara pimpinan TNI harus mengendalikan para prajurit agar tidak bertindak impulsif, politisi diminta untuk menahan diri tidak melontarkan pernyataan tendensius yang memicu politisasi TNI. (OL-13)
Baca Juga: Ucapan Effendi Simbolon Bisa Berpengaruh di Keluarga TNI