27 June 2022, 22:53 WIB

Pengamat: Kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina Angkat Indonesia di Mata Dunia


Abdillah M Marzuqi | Politik dan Hukum

Biro Pers Setpres
 Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo

RENCANA kunjungan dinas Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Rusia dan Ukraina. Jokowi diagendakan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Kyiv, Ukraina. Jokowi juga bakal bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebelum ke Rusia dan Ukraina Jokowi akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7. Indonesia hadir sebagai negara mitra G7, sekaligus sebagai Ketua Presidensi G20.

“Pertama-tama, saya ke Munich, Jerman, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7. Di acara ini, Indonesia hadir sebagai negara mitra G7, sekaligus sebagai pemegang Presidensi G20. Dari Jerman, saya memulai misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia. Saya akan mengunjungi Ukraina bertemu dengan Presiden Zelensky, lalu ke Rusia menemui Presiden Vladimir Putin. Di dua negara tersebut, saya mengusung misi yang sama: mengajak kedua pemimpin untuk membuka ruang dialog dan menghentikan perang," tulis Jokowi dalam akun sosial medianya, Minggu (26/06).

Pengamat politik dan pertahanan Jutan Manik mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, Jokowi tanggap dan terlibat aktif dalam upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina. "Perang antara Rusia dan Ukraina yang belum selesai ini berdampak signifikan pada sisi kemanusiaan, ekonomi, dan pangan global. Oleh sebab itu, gencatan senjata dinilai perlu segera dilaksanakan agar krisis pangan dan energi skala internasional segera kembali pulih," kata Jutan dalam keterangan pers (27/6).

Hutan menerangkan jika berhasil dilaksanakan, agenda tersebut akan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia yang berkunjung langsung ke Ukraina dalam masa konflik.

"Maka Jokowi secara tidak langsung umumkan bahwa Indonesia adalah negara pertama dari Asia yang berkunjung ke Ukraina di saat perang dengan Rusia serta mendorong kedua negara agar supaya dibukanya ruang dialog perdamaian dan sesegera mungkin untuk menghentikan perang," lanjutnya.

Jutan menambahkan peran Indonesia tidak kalah dibandingkan pemimpin negara lain.

"Bahkan jika kita bandingkan dengan mayoritas anggota G7 dan beberapa pemimpin Eropa yang hanya mengunjungi maupun mendukung Ukraina," lanjutnya.

Menurutnya, politik bebas aktif menjadi satu alasan kunci Jokowi bisa melakukan kunjungan ke dua negara yang sedang berperang. Selain itu, pelaksanaan politik bebas aktif merupakan amanat konstitusi yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945.

"Politik bebas aktif artinya, Indonesia sebagai negara yang mampu menentukan sikap dan kebijaksanaannya terhadap permasalahan di dunia internasional dan tidak masuk pada salah satu blok atau tidak mengikat diri secara a priori pada satu kekuatan dunia, serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," jelas Jutan.

Jutan menerangkan kunjungan Jokowi ke Rusia juga harus mampu meyakinkan Presiden Putin untuk hadir secara langsung dalam gelaran KTT G20 di Bali pada November mendatang. Sebelumnya beberapa negara anggota G20 menyuarakan penolakan akan kehadiran Presiden Rusia tersebut untuk hadir langsung di Indonesia.

Kunjungan Jokowi diharapkan mendapat penerimaan yang baik dari kedua negara. Indonesia diharapkan mampu menjadi penengah dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

"Gencatan senjata harus segera dilaksanakan dan perang segera dihentikan. Jika ini berhasil sesuai rencana, maka seluruh mata dunia akan melihat peran besar Indonesia dalam misi perdamaian sesuai amanat konstitusi, ditambah lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Presidensi G20, yang akan menarik perhatian oleh seluruh dunia yang rencananya digelar di Bali November 2022 nanti," pungkas Jutan. (OL-8)

BERITA TERKAIT