KANTOR Staf Presiden (KSP) meminta seluruh pihak bijak menyikapi kasus penolakan Ustaz Abdul Somad (UAS) ke Singapura. Kasus tersebut jangan sampai memperkeruh situasi di dalam negeri.
“Jangan membiasakan mengambil kesimpulan dengan apa yang terjadi pada UAS dan mengeluarkan pernyataan bahwa ada pesanan,” kata Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘UAS Ditolak Singapura, Jangan Jadi Gaduh di Indonesia,’ Minggu (22/5)
Ngabalin mengatakan tudingan itu ibarat halusinasi lantaran tidak jelas asal muasalnya. Apalagi, sampai membawa kasus UAS ke ranah politik.
“Mari beri penjelasan sebaik-baiknya bahwa peristiwa ini tidak hanya terjadi ke UAS tapi terjadi untuk siapa saja,” tandasnya.
Ngabalin menyebut penolakan UAS ke Singapura murni hak subjektivitas petugas imigrasi Singapura. Masalah tersebut jangan diperpanjang. “Akal, pikiran, dan hati kita diluruskan. Jangan panas-panasin orang,” ujar dia.
Ngabalin menegaskan hak subjektivitas tidak bisa diintervensi siapapun. Sehingga Indonesia perlu menghormati kedaulatan Singapura.
“Tenang dan jangan kalap. Please deh supaya kita jaga situasi dengan baik,” tutur dia.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil menilai ada agenda tersembunyi di balik penolakan Somad ke Singapura. Nasir menyebut seharusnya tidak ada alasan UAS dilarang masuk ke Negeri Singa.
“Tentu saja menurut saya ada ‘pesanan,’ sehingga UAS tidak dikasih masuk Singapura,” kata Nasir dalam diskusi kesempatan yang sama.
Nasir mengaku tidak tahu pesanan tersebut datang dari dalam atau luar negeri. Namun dia tidak begitu yakin pesanan penolakan UAS berasal dari Indonesia.
“Bisa jadi memang ada pesanan di luar Indonesia yang meminta agar UAS tidak diizinkan masuk ke Singapura,” papar anggota Komisi III DPR itu. (OL-8)