22 February 2022, 09:01 WIB

Selain ke ASN, Rahmat Effendi Juga Meminta Duit ke Pihak Swasta


Candra Yuri Nuralam | Politik dan Hukum

MI/Susanto
 MI/Susanto
Terdakwa Wali Kota Bekasi Nonaktif Rahmat Effendi 

KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami dugaan permintaan dana yang dilakukan Wali Kota Nonaktif Bekasi Rahmat Effendi. Rahmat diduga tidak cuma meminta uang ke aparatur sipil negara (ASN), namun juga ke pihak swasta di Bekasi.

Informasi itu diketahui dari pemeriksaan empat saksi pada Senin (21/2). Mereka adalah Kepala BKPSDM Bekasi Karto, Lurah Bantargebang Satim Susanto, Lurah Jati Bening Baru Mulyadi, dan pihak swasta Peter.

"Para saksi hadir dan didalami pengetahuan mereka, antara lain terkait aliran sejumlah uang yang diterima dan diduga atas permintaan tersangka RE (Rahmat Effendi) yang berasal dari para ASN Pemkot Bekasi maupun pihak swasta yang mengerjakan berbagai proyek di Pemkot Bekasi," kata pelaksana tugas (Plt) juru bicara bidang penindakan KPK Ali Fikri melalui keterangan tertulis, Selasa (22/2).

Baca juga: Rahmat Effendi Diduga 'Seenaknya' Putuskan Pengadaan Lahan

Ali enggan memerinci total uang yang diminta Rahmat ke pihak swasta. Alasannya untuk menjaga kerahasiaan proses penyidikan.

KPK juga memanggil Kasi Datun pada Kejaksaan Negeri Bekasi Anton Laranono, kemarin. Namun, dia tidak menghadiri pemanggilan tersebut.

"Yang bersangkutan konfirmasi tidak bisa hadir dan akan dilakukan penjadwalan ulang kembali," ujar Ali.

Sebanyak 14 orang ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Bekasi. Sembilan orang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sebanyak lima tersangka berstatus sebagai penerima. Mereka ialah Rahmat Effendi; Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan PTSP M Bunyamin; Lurah Jatisari Mulyadi; Camat Jatisampurna Wahyudin; dan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kota Bekasi, Jumhana Lutfi.

Mereka disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

Sementara itu, ada empat ditetapkan sebagai tersangka pemberi. Mereka, yakni Direktur PT MAM Energindo Ali Amril; pihak swasta Lai Bui Min; Direktur Kota Bintang Rayatri, Suryadi; dan Camat Rawalumbu Makhfud Saifudin.

Mereka disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 huruf f serta Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. (OL-1)

BERITA TERKAIT