AHMAD Aulia, 30, salah satu terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) membuat pernyataan mengejutkan. Mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) Makassar itu mengaku dibaiat di hadapan Munarman, mantan Sekretaris Umum FPI.
"Saya berbaiat dihadiri Munarman, selaku pengurus FPI pusat, pada saat itu. Ustaz Fauzan, Ustas Basri, yang memimpin baiat pada saat itu," kata Ahmad dalam sebuah video yang viral di Twitter, Jumat (5/2).
Ahmad mengatakan, saat itu, tengah ada pembaiatan massal kepada Islamic State (IS). Dia mengaku dibaiat bersama 100 simpatisan dan laskar FPI.
Baca juga: Eks FPI Sulsel Bantah 19 Teroris dari Makassar Anggotanya
"Saya berbaiat kepada Daulatul Islam, yang memimpin Daulatul Islam Abu Bakar Al Baghdadi. Saat deklarasi, FPI mendukung Daulatul Islam pada Januari 2015," ujar Ahmad.
Ahmad menuturkan baiat massal itu dilaksanakan di markas FPI di Jalan Sungai Limboto, Makassar (Sulawesi Selatan).
Setelah baiat, Ahmad mengaku beberapa kali mengikuti proses taklim atau pengajian. Kegiatan itu juga dihadiri simpatisan FPI lainnya yang telah berbaiat kepada IS.
"Setelah baiat, saya pernah mengikuti taklim rutin FPI di Jalan Sungai Limboto sebanyak tiga kali. Yang mengisi acara pada saat itu atau taklim yaitu Ustaz Agus dan Abdurahman selaku pemimpin Panglima FPI Kota Makassar," tutur Ahmad.
Ahmad ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, 6 Januari 2021 lalu. Dia ditahan di Polda Sulawesi Selatan akibat mengikuti baiat massal kepada IS, 2015 silam.
Kemudian, dia bersama 18 orang terduga teroris di Makassar lainnya dibawa ke Jakarta, Kamis (4/2). Selain itu, Densus juga menggelandang tujuh terduga teroris dari Gorontalo pada hari yang sama.
Mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (4/2) siang. Ke-26 terduga teroris itu merupakan kelompok JAD.
"Mereka mempersiapkan diri melakukan latihan fisik, bela diri kemudian juga memanah, melempar pisau, dan menembak dengan senapan angin," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (4/2).
Rusdi menuturkan, kelompok Gorontalo juga memiliki kemampuan merakit bom.
Mereka telah merencanakan penyerangan ke Mako Polri, rumah dinas Polri, dan rumah pejabat di Gorontalo.
"Juga berencana melajukan aksi perampokan pada beberapa toko di sekitar Gorontalo," ucapnya.
Sedangkan, kelompok Makassar disebut sudah merencanakan berbagai aksi teror untuk mengganggu keamanan negara. Mereka memiliki mental untuk melakukan bom bunuh diri.
"Salah satu orang yang terlibat di kelompok ini adalah Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani, pelaku pengeboman gereja katedral di Zulu Filipina di 2019. Salah satu anaknya itu sekarang tertangkap," ungkap Rusdi. (OL-1)