SEJUMLAH ketua RT dan kepala desa di beberapa daerah di Tanah Air tegas mengisolasi warga mereka untuk mencegah penyebaran wabah virus korona baru (covid-19).
Karena aksinya, Nur Mardiah mendadak viral di media sosial selama pekan ini. Dalam tayangan video berdurasi 1,6 menit, Ketua RT 02/RW 05, Kelurahan Rappocini, Kecamatan Rappocini, Makassar, itu tampak mengusir semua warga yang masih berkeliaran atau duduk-duduk di depan rumah untuk kembali ke rumah. “Tabe, masuk dalam rumah, sudah ada warga di Buakana dan Ballaparang (dua kelurahan) yang kena (positif korona).
Tabe, supaya kita semua selamat jangan ada yang di luar, di dalam rumah maki semua. Masuk, masuk jangan ada yang keluar, kalau tidak penting. Tabe, tidak ada di luar rumah. Kalau tidak untuk membeli makanan, tidak usah. Ndak boleh duduk-duduk di luar rumah,” seru perempuan 50 tahun itu sambil memegang kayu mengusir warga masuk ke rumah.
Mardiah mengaku rewel kepada warganya untuk kepentingan bersama. “Banyak warga bilang saya koro-koroang (rewel) bahkan terlalu cerewet dengan segala hal. Lebih baik mencegah daripada nanti terjangkit baru sibuk obati. Ini penularannya cepat sekali.”
Sementara itu, Pemdes Gerduren, Kecamatan Purwojati, Banyumas, berinisiatif mengajak warga bersama-sama mencegah wabah korona. Meski dana desa belum turun, Kades Gerduren Bambang Suharto harus mencari utang terlebih dulu untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
“Meski kami di desa, tidak mau menunggu bantuan. Kami harus punya inisiatif untuk melakukan berbagai upaya mencegah wabah covid-19. Salah satu kegiatan kami adalah penyemprotan disinfektan dan sosialisasi. Tidak mungkin menunggu dana desa cair. Kami telah meminjam dana Rp10 juta,” ujar Bambang, kemarin.
Penyemprotan disinfektan dilaksanakan di tempat-tempat umum seperti masjid, pos ronda, toko, dan rumah warga. Setiap hari penyemprotan berkeliling secara bergiliran dari satu lokasi ke lokasi lain.
Bambang mengungkapkan inisiatif lain yang dilaksanakan ialah membentuk satgas pencegahan korona. Satgas itu mendata para pemudik agar tidak keluar rumah untuk sementara waktu.
“Mereka langsung masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP) sehingga tidak boleh keluar dulu selama 14 hari. Kami juga meminta warga menaatinya. Apalagi di desa banyak pemudik balik kampung,” lanjut Bambang.
Jamin keselamatan
Dalam penilaian sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, di tengah kondisi seperti ini masyarakat tidak dapat hanya mengandalkan upaya pemerintah.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi di desa-desa dalam mencegah wabah covid-19, perlu keteladanan ketua RT atau kepala desa dan sikap gotong royong atau saling membantu di antara sesama warga.
“Kalau pemerintah, sudah jelas. Kini yang berperan menjamin keselamatan warga yang kekurangan adalah tetua mereka, tetangga, warga setempat, dan orang-orang di sebelahnya,” tutur Imam.
“Apa pun keputusan, yang didorong adalah bagaimana menyelamatkan warga-warga agar tidak terkena dampak. Itu (peran) dari semua pihak. Nah, kalau pemerintah belum melakukan itu, masih ada masyarakat,” ungkap Imam.
Imam juga menyinggung metode isolasi kampung yang tidak efektif di semua daerah. Pasalnya, tidak semua warga memiliki kemampuan ekonomi, masih banyak yang mengandalkan pemasukan harian.
“Untuk baiknya kebijakan isolasi wilayah maupun isolasi rumah, yang harus disiapkan ialah pastikan bahwa terutama orang-orang marginal itu tidak merasa terdesak secara ekonomi. Orang-orang itu keluar rumah karena harus bekerja,” tandas Imam. (LN/LD/X-3)