PARTAI Demokrat meminta Partai Gerindra untuk mengungkap ke publik kelompok yang dianggap sebagai ‘penumpang gelap’ pada Pilpres 2019 sebagaimana disebut Politikus Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Menurut Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon, hal ini untuk mengakhiri kecurigaan sesama anggota koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akibat pernyataan tersebut.
“Apa penumpang gelap itu yg memprovokasi menang 62%? Trus turun lagi jadi 54%? Apa itu maksudnya bang @Don_dasco? Jng simpang siur begini. Sampaikan aja terang benderang. Krn awalnya kalian sendiri yg percaya angka itu. Bahkan pak @prabowo sendiri konpres & bersujud atas angka itu,” cicit Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon melalui akun twitternya @jansen_jsp, kemarin.
Selain itu, tambah Jansen, masyarakat tidak akan bertanya-tanya atau saling mencurigai apabila persoalan ini terungkap. “Saya bertanya agar tdk simpang siur. Jng hanya krn ingin berkoalisi jd pakai narasi penumpang gelaplah, ada kelompok ingin Indonesia chaos lah, dll. Padahal itu kan hanya alasan pembenar sj terhadap manuvernya. Jikapun misalnya benar kelompok itu ada dulu kan mereka percaya!” lanjut Jansen.
Dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu di Jakarta, Dasco menyebutkan adanya penumpang gelap pada Pilpres 2019 yang kerap menyudutkan Prabowo dan Partai Gerindra. Kelompok itu sempat memanasi Prabowo agar mengorbankan para pendukungya guna membuat negara rusuh. Namun, menurut Dasco, Prabowo punya cara lain, yaitu strategi yang mengagetkan penumpang gelap tersebut.
Hal inilah yang membuat Prabowo menyepakati rekonsiliasi dengan mengawalinya dari pertemuan dia bersama Jokowi lalu dilanjutkan dengan pertemuan bersama Megawati Soekarnoputri. “Dia sudah bilang sama kita kalau kita diadu terus, kita terus dikorbankan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyebutkan, di dalam politik harus berdasar pada sistem dan beretika. Dia menyebut bahwa dalam politik yang pragmatis sudah menjadi hal biasa jika ada kepentingan yang saling tumpang dan menumpangi. Namun, Haedar menekankan pada sistem dan etika politik yang harus dilakukan serta memberikan manfaat pada masyarakat. “Monggolah berpolitik yang menjunjung tinggi sistem, itu yang paling penting. Sistem politik yang berlaku, kemudian sistem di tiap-tiap partai,” katanya.
Haedar menyarankan, sesama dan antarpartai untuk tidak sibuk mengurus urusan politik praktis soal kekuasaan saja. “Mari saatnya para elite politik dan partai politik itu sebagai kekuatan satu-satunya sistem politik yang resmi, memperjuangkan kepentingan rakyat di atas segala kepentingan,” kata dia. (Ths/Ant/P-4)