23 September 2023, 05:00 WIB

Angeball Mencoba Goyang Emirates


Suryopratomo Pemerhati Sepak bola | Opini

MI/Ebet
 MI/Ebet
Suryopratomo Pemerhati Sepak bola

LUPAKAN sejenak Manchester United yang terbenam dalam tiga kali kekalahan beruntun. Nikmati derby London Utara antara Arsenal dan Tottenham Hotspur di Stadion Emirates, Minggu malam.

Pelatih Setan Merah Eric ten Hag pantas merenungi keputusan untuk mengganti kiper David de Gea dengan kiper asal Kamerun Andre Onana. Keputusan berbasis KKN—dalam hal ini nepotisme—akan selalu memberikan hasil yang tidak baik.

Onana memang anak didik Ten Hag saat masih menangani Ajax Amsterdam. Ten Hag berpikir Onana sudah semakin matang setelah pindah ke Internazionale Milan. Namun, ketidakmatangannya justru sering membuat ia bertindak gegagah.

Aksi-aksi tidak perlu justru melemahkan kekuatannya. Blunder-blunder yang ia lakukan akhirnya justru meruntuhkan semangat rekan-rekannya dan membuat timnya menelan kekalahan.

“Saya minta maaf kepada semua rekan satu tim. Kesalahan yang saya lakukan membuat mental mereka merosot. Saya berjanji akan memperbaiki diri. Saya mengawali karier saya di Manchester United dengan tidak baik,” aku Onana setelah kekalahan 3-4 yang harus dialami ‘Setan Merah’ di pertandingan perdana Liga Champions, Rabu lalu.

Empat kekalahan dari 6 pertandingan pertama Manchester United di musim ini bukan merupakan awal yang baik. Ten Hag harus melakukan perombakan drastis kalau tidak ingin membawa tim asuhannya tenggelam lebih dalam.

Cedera sembilan pemain dan perselisihan dengan anak asuhnya sendiri membuat suasana di dalam tim sangat tidak mendukung. Padahal, di musim lalu dengan De Gea yang lebih matang dan bisa diandalkan, Ten Hag mau meraih trofi pertama Piala Liga dan menembus Liga Champions sebagai peringkat ketiga Liga Premier.

Namun, apa pun, the show must go on. Pekerjaan rumah jangka pendek harus bisa Ten Hag jawab karena kondisi yang ia hadapi sekarang merupakan konsekuensi dari pilihan yang ia ambil sendiri.

 

Angeball

Awal musim Liga Premier sekarang ini justru ditandai oleh fenomena pelatih asal Australia Ange Postecoglou. Pelatih berdarah Yunani itu melanjutkan tren kesuksesan di Australia, Jepang, dan di Skotlandia dengan membangun Tottenham Hotspur kembali disegani.

Ange pernah sukses membawa 'Tim Kanguru' memenangi Piala Asia 2015. Saat menangani Yokohama F Marinos, ia mampu membawa klub Jepang itu memenangi Liga Jepang untuk pertama kalinya dalam 15 tahun perjuangannya. 

Yang paling fenomenal ialah ketika Ange ditunjuk menangani Glasgow Celtic. Dalam dua musim kepemimpinannya, ia mempersembahkan lima piala untuk Celtic, termasuk dua kali juara Liga Skotlandia.

Tidak salah apabila Chairman Spurs, Daniel Levy, membawa Ange ke London untuk membenahi klub miliknya. Kepergian kapten kesebelasan Harry Kane ke Bayern Muenchen membutuhkan kehadiran kepemimpinan yang kuat untuk mengembalikan rasa percaya diri tim.

Ange menunjuk penyerang asal Korea Selatan, Son Heungmin, untuk menggantikan posisi Kane. Kepemimpinan Son di 'Tim Taeguk Warriors' membuat Ange percaya pemain Korea itu bisa melakukan hal yang sama di Spurs.

Keputusan Ange tidak keliru karena Son semakin menunjukkan kematangannya dalam memimpin rekan-rekannya. Kehadiran James Maddison dari Leicester City di lapangan tengah membuat Spurs yang kukuh.

Attacking football yang diterapkan Ange membuat permainan Spurs menjadi lebih menarik. Ia mempunyai dua penyerang yang bisa dimainkan sendiri-sendiri atau bersamaan, yaitu Son dan Richarlison.

Kepergian Kane membuat Son justru semakin menonjol. Ia seakan lepas dari bayang-bayang kebesaran Kane dan tampil sebagai sosok Son yang menonjol seperti di tim nasional Korsel.

 

Bisa mengejutkan

Dengan penampilan yang konsisten pada lima pertandingan pertama, tidak heran apabila mantan pemain seperti Gary Neville meyakini Spurs akan mengentak Stadion Emirates besok malam. Son dan kawan-kawan bukan mustahil untuk bisa mengejutkan, termasuk mengalahkan musuh bebuyutannya, Arsenal.

The Gunners sendiri meski belum mencapai permainan terbaik seperti musim lalu, dalam grafik meningkat. Apabila Spurs mendapat suntikan Maddison, Arsenal mendapatkan Declan Rice yang memperkuat lapangan tengah.

Kehadiran kembali mereka di Liga Champions setelah enam musim absen menunjukkan ketajaman the Gunners. Rabu lalu, tidak tanggung-tanggung mereka mengempaskan PSV Eindhoven 4-0 pada pertandingan pembukaan Liga Champions musim ini.

Cederanya Gabriel Martinelli tidak menurunkan ketajaman Arsenal. Pelatih Mikael Arteta tetap bisa tersenyum karena ia memiliki penyerang sayap asal Belgia Leandro Trossard.

The starting eleven Arsenal memang menakutkan. Di samping Trossard, Arteta memiliki Bukayo Saka dan ujung tombak asal Brasil Gabriel Jesus yang haus gol. Kapten kesebelasan Martin Odegaard bisa lebih fokus menopang serangan karena ada Rice yang pandai menjaga keseimbangan tim.

Komposisi kedua tim itulah yang membuat pertandingan Minggu malam akan berlangsung menarik. Apalagi kedua pelatih mempunyai karakter menerapkan sepak bola menyerang yang membuat kedua tim akan saling adu serangan.

Belum lagi cara kedua tim memanfaatkan bola-bola mati, khususnya tendangan penjuru. Arsenal memiliki dua center-back, Gabriel dan Saliba, yang berbahaya dalam bola-bola atas. Sebaliknya, Spurs memiliki center-back asal Argentina Cristian Romero yang sering menjadi penentu kemenangan.

Pelatih Arteta tampaknya puas dengan penampilan kiper asal Spanyol David Raya. Setidaknya dalam dua pertandingan terakhir ia menggantikan kiper utama Aaron Ramsdale dengan Raya dan ternyata membuat gawang Arsenal lebih kukuh.

Bukan mustahil Raya akan dipertahankan besok malam karena bagi Arsenal pertemuan dengan Spurs bukan sekadar sepak bola. Ini merupakan gengsi London Utara dan mereka ingin menunjukkan bahwa the Gunners ialah rajanya London Utara.

 

 

BERITA TERKAIT