PADA 2 dan 3 Mei 2023, saya menjadi panelis dan mengikuti pertemuan internasional Istanbul Security Forum. Pertemuan yang baru pertama kali diadakan ini digagas agar dunia lebih siap menghadapi bebagai krisis dalam berbagai bentuknya yang dari waktu ke waktu terus kita hadapi dan harus ditangani dengan baik. Peserta forum diskusi internasional ini datang dari berbagai negara dan terdiri atas penentu kebijakan publik, diplomat, pakar, akademisi, perwakilan organisasi internasional, dan juga wartawan. Semuanya aktif berpartisipasi untuk mendapatkan, bagaimana inovasi pendekatan regional dan global yang terbaik, menuju ketahanan dunia melalui kerja bersama secara kolektif.
Perubahan konsep
Kita ketahui, bahwa selalu ada perubahan yang dinamis dalam pengertian konsep keamanan global (global security), dan juga peran berbagai aktor internasional di dunia, baik organisasi internasional, forum kerja sama multilateral, LSM internasional, kerja sama pakar profesional dll. Setidaknya, ada tiga faktor yang memengaruhi konsep dan peran ini, yaitu sulitnya kita perkirakan apa yang akan terjadi (unpredictability), tantangan hibrida (hybrid challenges), dan timbulnya krisis (crisis) dalam berbagai bentuknya.
Konsep keamanan global memang mencakup banyak aspek. Mulai bencana alam, perang dan daerah konflik, masalah kesehatan antarnegara dan juga termasuk pandemi, krisis ekonomi, hingga sosial politik. Pun ancaman bahaya siber, perdagangan manusia, migrasi, kemiskinan serta aspek lingkungan dan perubahan cuaca global (climate change), dan lain-lain.
Dalam menghadapi berbagai tantangan krisis ini, maka aktor sosial politik internasional perlu selalu mengadaptasi pola berpikir dan kerjanya menghadapi masa datang, serta terus meningkatkan ketahanan dan resiliensinya. Jelas sekali, diperlukan adanya solidaritas internasional untuk mengatasi krisis dalam berbagai aspeknya ini. Perlu ada tukar-menukar informasi--dan bahkan materi intelejen yang mungkin--antarnegara, kerja sama erat dalam berbagai aspek yang dapat dilakukan, antara lain, melalui jalur diplomatik, agar tercapai kesamaan persepsi dan kerja sama tindak bersama, untuk mencegah dan menangani krisis dunia yang ada.
Berbagai krisis kini memang tidak hanya mengancam satu negara, tapi juga berkembang antarnegara. Dampaknya juga bukan hanya penduduk suatu negara, tetapi juga punya dampak sosial ekonomi dan bukan tidak mungkin berdampak pada kemanusiaan secara luas. Organisasi ingternasional jadi punya peran penting dalam pengendalian berbagai krisis global, baik dalam peningkatan pemahaman masyarakat global, pembentukan dan penerapan aturan internasional, hingga bila perlu memberi semacam sanksi sosial yang diperlukan. Bukan tidak mungkin, diperlukan semacam reformasi global yang dapat mengubah kesiapan dunia menghadapi berbagai tantangan krisis yang akan makin kompleks.
Area bahasan
Untuk membahas tuntas berbagai aspek di atas, maka Istanbul Security Forum 2023 yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri Turki mencakup topik yang amat luas, yang setidaknya terbagi dalam tiga area besar. Pertama dan utama adalah tentang keamanan global secara umum. Untuk hal ini antara lain ada panel khusus tentang geopolitik dan pembangunan ulang (rebuilding) keamanan global, aspek infomasi yang meliputi misinformasi, disinformasi, dan propaganda. Pun reputasi keamanan dalam perspektif kompetisi internasional, serta perubahan pola perang dan industri pertahanan dunia.
Selain itu, juga dibahas tentang tantangan keamanan global dari sudut nuklir, teknologi, energi dan lingkungan juga aspek kemanusiaan dalam situasi krisis dan perang, terorisme dan juga peran organisasi internasional, yakni saya menyampaikan tentang pandemi covid-19 dan dampak globalnya.
Pada kesempatan itu, saya sampaikan juga tentang konsep keamanan kesehatan global (global health security) yang dihasilkan ketika Indonesia menjadi Presidensi G-20 tahun yang lalu, yakni Presiden Erdogan dari Turki juga hadir. Saya sampaikan juga, bahwa tahun 2023 ini Indonesia memegang keketuaan ASEAN dengan berbagai programnya, yang untuk kesehatan antara lain ialah deklarasi ASEAN tentang implementasi pendekatan One Health, yang mengoordinasikan bersama antara kesehatan manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan.
Juga saya usulkan, akan baik apabila dalam Keketuaan ASEAN tahun ini, ada juga yang mengangkat keamanan kesehatan ASEAN (ASEAN Health Security). Karena bagaimanapun, kerja sama regional kesehatan akan amat berperan untuk status kesehatan di kawasan Asia Tenggara.
Area kedua ialah tentang keamanan regional, yang antara lain membahas perang di Ukraina, arsitektur keamanan di transatlantik, keseimbangan dalam hubungan Amerika dan Tiongkok, tantangan krisis di Timur Tengah dan daerah timur Mediterania, serta perkembangan terakhir di kawasan Balkan.
Area bahasan ke tiga adalah tentang peran Turki (sekarang nama resmi negaranya adalah Turkiye), dalam percaturan sosial politik dan keamanan regional dan global, yang tentu sebagai tuan rumah acara maka mereka tampilkan dengan amat baik. Disampaikan antara lain tentang peran penting Organization of Turkic States (OTS) dalam keamanan regional, serta peran Turki sebagai kekuatan penyeimbang di kawasan dan di dunia, termasuk bagaimana peran aktif negara ini dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Symposium of chaos
Sehari sesudah mengikuti Istanbul Security Forum, yakni pada 4 Mei 2023 ini, saya menjadi panelis pada pertemuan yang judulnya cukup menggelitik, yaitu International Symposium of Chaos, Complexity and Leadership." Ini ialah pertemuan internasional ke delapan dengan judul ini, dan kini diselenggarakan di kantor Turkiye International Science Association di Istanbul, yang lokasinya tepat di depan Blue Mosque dan Haga Sophia yang amat terkenal di dunia.
Pertemuan tentang peran penting kepemimpinan dan tantangannya ini membahas dua aspek penting. Pertama adalah tentang bagaimana mengkaji ulang penanganan manajemen krisis dalam berbagai perspektif multi dimensinya. Pembicara pertama adalah dekan dari ‘Haci Bayram Veli University Ankara Turkiye’, bicara dari aspek berbagai perang di dunia, dan juga bencana alam, termasuk gempa besar di Turki.
Pembicara kedua dari Lisbon Autonomous University Portugal yang menyampaikan dari aspek perubahan iklim (climate change), perdagangan orang (human trafficking), dll.
Saya sebagai pembicara ketiga, yang menyampaikan apa pelajaran yang dunia bisa ambil dari pengalaman pandemi covid-19, yang pada dasarnya ada dua hal, yaitu perlunya pengaturan ulang kesehatan dunia, atau global health reset. Pun bagaimana dunia harus lebih siap menghadapi tentang kesehatan masyarakat ke depan, termasuk kemungkinan terjadinya pandemi kembali. Kita tahu pasti, bahwa memang akan ada pandemi lagi sesudah covid-19. Kita hanya tidak tahu kapan akan terjadi, dan penyakit apa yang akan menjadi biang keladinya.
Aspek kedua yang dibahas ialah tentang bagaimana mengatasi berbagai kerumitan (chaos), dalam kepemimpinan dan penanganan berbagai jenis krisis dan bencana. Pembahasannya lebih ke arah politik, diplomasi internasional dan aspek ekonomi. Pembicaranya datang dari Amerika Serikat, Inggris dan juga dari Turki tentunya.
Akan bagus kalau kita di Indonesia juga membuat pertemuan untuk membahas berbagai aspek krisis dunia ini. Kita di Indonesia punya pengalaman panjang dalam hal ini, dan perlu diangkat ke dunia internasional.