DUNIA mengalami situasi kerawanan energi baru yang didorong tiga faktor utama. Pertama, kembalinya persaingan kekuatan besar dalam sistem internasional yang semakin multipolar dan terfragmentasi. Kedua, adanya realitas perubahan iklim. Ketiga, upaya banyak negara untuk mendiversifikasi rantai pasokan energi mereka.
Invasi Rusia ke Ukraina dan kontes kekuatan antara AS-Tiongkok ialah contoh bagaimana ambisi seorang pemimpin tunggal dapat menciptakan kerawanan energi bagi sebagian besar populasi dunia. Negara-negara mengalibrasi ulang posisi mereka sebagai respons terhadap perubahan lanskap geopolitik yang meningkatkan risiko keamanan energi.
Perubahan iklim juga akan menjadi ancaman besar bagi ketahanan energi dalam beberapa dekade mendatang, menimbulkan risiko terhadap infrastruktur, baik yang lama maupun baru. Hal itu akan menempatkan banyak infrastruktur energi berada pada kondisi risiko yang lebih besar, dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi listrik.
Diversifikasi energi
Diversifikasi pasokan energi sangat penting untuk memastikan keamanan energi, tetapi kerentanan baru akan muncul seiring transisi dunia ke sumber energi yang lebih bersih. Contohnya, langkah elektrifikasi transportasi dan produksi listrik lokal.
Di satu sisi, diversifikasi akan mengurangi kerentanan terhadap gangguan pasokan bahan bakar. Namun, di sisi lain muncul masalah baru akibat konsentrasi mineral penting yang dibutuhkan untuk teknologi energi bersih. Mineral seperti litium dan kobalt hanya dimiliki sejumlah negara produsen. Akses pada mineral itu akan menjadi tantangan baru bagi negara lain.
Negara maju seperti AS saat ini telah mengambil langkah untuk mendorong produksi mineral tersebut dari dalam negeri walaupun hal itu tentu saja tidak mudah karena diperlukan upaya tindak lanjut lewat pembuatan kesepakatan perjanjian perdagangan internasional serta investasi yang lebih besar dan masif.
Contoh kasus lain ialah upaya diversifikasi pasokan uranium yang diperkaya yang akan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan listrik rendah karbon melalui pemanfaatan energi berbasis nuklir. Rusia saat ini mendominasi sebagai pemasok layanan bahan bakar nuklir tersebut.
Dengan demikian, berinvestasi dalam cadangan minyak strategis yang lebih besar dan memperluas perjanjian perdagangan serta investasi untuk mineral dan uranium dapat membantu meningkatkan keamanan energi dalam jangka panjang.
Transisi menuju ekonomi berbasis energi bersih akan menuntut pemerintah dan perusahaan swasta memprioritaskan ketahanan infrastruktur energi. Melindungi dari ancaman fisik hingga ancaman dunia maya. Di samping itu juga memastikan fleksibilitas infrastruktur dalam menghadapi karakter pembangkitan sumber energi terbarukan yang sangat bervariasi seperti matahari dan angin.
Untuk mencapai hal itu, pembuat kebijakan harus menerapkan mekanisme seperti pasar kapasitas untuk memberikan insentif penyeimbangan antara sumber daya dan kapasitas penyimpanan yang memadai. Teknologi digital dan kecerdasan buatan dapat berpotensi membantu mengelola keseimbangan antara permintaan dan pasokan energi. Lagi-lagi cadangan strategis minyak, gas alam, dan mineral kritis juga akan berperan semakin penting dalam memastikan terwujudnya sistem energi yang tangguh.
Pencarian kemerdekaan energi di banyak negara didorong oleh keinginan untuk meningkatkan keamanan energi. Revolusi sumber migas baru berbasis shale, misalnya, telah membuat AS mencapai swasembada energi. Namun, tetap saja guncangan pasokan di pasar global masih dapat memengaruhi harga energi di sana, membuat negara tersebut rentan terhadap risiko geopolitik.
Transisi ke sistem energi bersih (net zero carbon)akan memberi perlindungan yang lebih besar dari risiko geopolitik. Namun, hal itu membutuhkan waktu puluhan tahun untuk mencapainya. Sementara itu, ketahanan energi potensial dapat ditingkatkan dalam waktu lebih singkat melalui pembentukan lebih banyak integrasi di pasar energi, membuat sistem dan pasar energi yang saling terhubung dan berfungsi dengan baik.
Walaupun demikian, membuat sistem yang saling terhubung tidaklah mudah. Tren meningkatnya intervensi negara di pasar, fragmentasi, dan proteksionisme membuat semakin sulit untuk dapat membangun, memupuk, dan mempertahankan aliansi saling ketergantungan di lingkungan saat ini.
Strategi integrasi
Strategi integrasi merupakan bentuk jaminan (asuransi) yang dapat menyebarkan risiko gangguan pasokan energi di antara banyak pihak sehingga keamanan pasokan energi dapat terwujudwalaupun integrasi itu juga bukan sesuatu yang mudah. Misalnya, jika dinamika politik di banyak tempat pada akhirnya akan mengarah ke terbentuknya sistem dengan lebih banyak otonomijika dibandingkan dengan lebih banyak integrasi.
Setiap negara melakukan pengembangan energi bersih pada skala dan kecepatan yang disesuaikan dengan kebutuhan sendiri. Belum lagi realitas perubahan iklim pada akhirnya akan menjadi tantangan yang tidak terpecahkan di lingkungan geopolitik yang terfragmentasi dan penuh proteksionisme.
Dalam mewujudkan integrasi itu, nilai perdagangan global dalam mineral kritis perlu meningkat tiga kali lipat untuk mencapai net zero emission pada 2050. Perdagangan global bahan bakar rendah karbon, seperti hidrogen dan amonia, juga perlu tumbuh secara eksponensial. Keamanan energi akan membutuhkan lebih sedikit hambatan perdagangan dan sebaliknya lebih banyak perjanjian untuk meningkatkan perdagangan dengan negara-negara lain yang memenuhi standar lingkungan.
Secara praktis, pemerintah di berbagai negara harus menghapus tarif barang dan teknologi yang terkait dengan energi bersih. Selain itu, pemerintah jugaharus membantu menyelesaikan kesepakatan Perjanjian Barang Lingkungan (The Environmental Goods Agreement/EGA) untuk mengurangi tarif dagang atas barang yang bermanfaat bagi lingkungan.
Saat dunia bertransisi ke ekonomi energi bersih, ada kebutuhan akan transparansi yang sama di pasar baru di luar migas, seperti amonia hijau, hidrogen, dan mineral penting. Kurangnya data yang memadai di pasar yang baru lahir itu dapat menyebabkan gangguan pasokan, masalah likuiditas, dan fluktuasi harga yang parah.
Diakui, sudah ada beberapa perusahaan swasta yang memiliki database informasi harga yang baik. Namun, tidak ada data yang bisa mencakup keseluruhan industri serta memublikasikannya secara terbuka.
International Energy Agency (IEA) mungkin dapat dibuat berperan lebih optimal untuk hal itu. Selama ini IEA telah berperan penting dalam memberikan data harga dan pasokan migas yang akurat dan andal. Data IEA ini pada gilirannya memungkinkan banyak pihak membuat keputusan berdasarkan informasi dan menanggapi krisis secara tepat.
Ke depan, pembuat kebijakan perlu memprioritaskan secara bersama-sama ketahanan energi dan ketahanan iklim sebagai satu kesatuan strategi mengingat keduanya saling bergantung. Keamanan energi tidak lagi menjadi konsep statis, tetapi berkembang dan pembuat kebijakan perlu memodernisasi pendekatan mereka untuk mengatasi risiko baru.
Pergeseran itu bukanlah menjadi gangguan dalam upaya mengatasi perubahan iklim, tetapi justru akan menjadi isu sentral karena terjadinya krisis energi dapat menggagalkan upaya untuk mencapai net zero emission.