RUNNER-UP Wimbledon Ons Jabeur, sembari menangis, menyebut kekalahan ketiganya di final Grand Slam sebagai yang paling menyakitkan dalam kariernya. Dia kemudian menegaskan akan berusaha belajar dari para legenda tenis yang selalu gagal meraih gelar Grand Slam.
Petenis peringkat enam dunia itu kalah 6-4 dan 6-4 dari petenis nonunggulan asal Rep Ceko Marketa Vondrousova di laga final Wimbledon, Sabtu (15/7), setahun setelah petenis Tunisia itu kalah di final All England Club dari Elena Rybakina.
Jabeur juga sukses mencapai babak final Amerika Serikat (AS) Terbuka pada tahun lalu namun juga kalah, kali ini dari Iga Swiatek.
Baca juga: Vondrousova Mengaku tidak Menyangka Bisa Juara Wimbledon
Petenis berusia 28 tahun itu merupakan petenis putri kedelapan yang kalah di tiga final Grand Slam pertamanya.
Meski begitu, Jabeur bisa sedikit bergembira mengetahui Chris Evert, Kim Clijsters, dan Simona Halep juga kalah di tiga final pertama mereka sebelum kemudian berhasil menjadi juara Grand Slam.
"Saya sulit berkata-kata. Saya sudah pasti jelek di foto-foto yang muncul di media massa," ujar Jabeur usai kembali gagal dalam upaya menjadi petenis Arab atau Afrika pertama yang memenangkan gelar Grand Slam.
Baca juga: Marketa Vondrousova Juarai Wimbledon 2023
"Saya merasa ini adalah kekalahan paling menyakitkan dalam karier saya."
Dia kemudian menambahkan, "Saya berjanji untuk bangkit dan suatu hari nanti menjadi juara di sini."
Mantan petenis nomor satu dunia Clijsters kalah di final Prancis Terbuka 2001 dan 2003, final AS Terbuka 20203, dan final Australia Terbuka 2004.
Namun, petenis Belgia itu akhirnya memenangkan empat gelar Grand Slam, yang pertama di New York pada 2005.
"Saya sangat mencintai Kim. Dia adalah inspirasi bagi saya," ungkap Jabeur, yang dihibur Clijster di belakang layar di Centre Court.
"Fakta bahwa dia menyempatkan diri memberi saya nasehat dan memeluk saya, sangatlah berharga bagi saya," tambahnya. (AFP/Z-1)