MEMASUKI Oktober, harga beras di berbagai pasar tradisional di Pantura Jawa Tengah masih tinggi. Baik beras kelas bawah hingga premium, harga masih di atas harga eceran tertinggi (HET).
Berbagai operasi pasar telah digelar berbagai pemerintah daerah seperti Semarang, Demak, Grobogan, Kudus, Kendal dan Pekalongan, untuk menekan harga.
"Bersama Bulog kita terus gencarkan operasi pasar dan salurkan bantuan beras untuk 52 ribu lebih keluarga penerima manfaat serta gelar pasar murah untuk menekan harga beras dan inflasi," ujar Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Selasa (3/10).
Baca juga: Operasi Pasar belum Efektif
Hal serupa juga diungkapkan Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Demak Iskandar Zulkarnain bahwa untuk menekan harga beras bersama Bulog terus menggelar operasi pasar, sehingga diharapkan segera dapat stabil. "Kami sudah berkoordinasi Bulog untuk memastikan bahwa ketersediaan beras cukup untuk memenuhi warga," tambahnya.
Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki pada kegiatan operasi pasar beras di Jalan Veteran Batang, Kabupaten Batang mengatakan operasi pasar merupakan salah satu solusi untuk menekan harga kebutuhan pokok dan juga sekaligus cara untuk menjaga agar tidak mengalami inflasi.
Baca juga: Operasi Pasar belum Bisa Menjamin Harga Beras Turun
Sementara itu Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah Dadang Hardiwan mengungkapkan kenaikan harga beras hingga gula pasir menjadi komoditas penyumbang utama inflasi di Jawa Tengah pada September hingga mencapai 0,41 persen atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 0,19 persen.
"Kenaikan harga beras menjadi andil terbesar terjadinya inflasi yakni mencapai 0,34 persen, disusul bensin dengan andil sebesar 0,08 persen, angkutan udara memberikan andil 0,04 persen dan biaya pulsa ponsel serta gula pasir yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen," kata Dadang Hardiwan. (Z-6)