WAKIL DPRD DI Yogyakarta, Huda Tri Yudiana menyebut, kondisi kekeringan di Gunungkidul dan beberapa daerah Kulonprogo mulai memprihatinkan. Banyak warga dusun terpaksa mengantre air bersih dari bantuan tanki-tanki bantuan.
"Saya cukup heran mengapa sumur-sumur bor yang dibuat dari pemerintah banyak yang tidak operasional, pada rusak, dan kurang optimal," papar dia, Minggu (24/9). Padahal, biaya pengeboran untuk membuat sumur tersebut rata-rata menghabiskan Rp500 jutaan dan sebelumnya pakai penelitian dan desain pakar.
Sementara itu, sumur-sumur bor bantuan pihak ketiga dan swadaya banyak yang tidak berfungsi. Padahal, biayanya pembuatannya jauh lebih redah di bawah Rp100 jutaan.
Baca juga : BMKG Yogyakarta Sebut 26 Kecamatan di DIY Berstatus Awas Kekeringan Meteorologis
"Pemerintah mesti memperbaiki metode pemberian bantuannya (pembuatan sumur bor) karena terlalu mahal dan banyak yang tidak berfungsi," kata dia.
Partisipasi warga harus diperhatikan, bisa dengan metode BKK (Bantuan Keuangan Khusus) ke desa atau metode lain yang lebih fleksibel penerapannya.
Baca juga : 74% Wilayah Indonesia Masih Alami Musim Kemarau Hingga Pertengahan September
"Saya mengajak pemda untuk mengecek langsung berbagai sumur yang rusak maupun tidak opersional agar bisa memperbaiki metode serta menyelesaikan kekeringan dengan baik," kata dia.
Huda meminta masalah kekeringan ini menjadi perhatian serius karena kebanyakan wilayah kekeringan identik dengan wilayah miskin. Menurut dia, semestinya wilayah kekeringan ini dipetakan dengan baik sekaligus roadmap solusinya, jangan dibiarkan bertahun tahun seperti ini tanpa target jelas kapan penyelesaiannya.
"Saya meninjau sendiri di berbagai wilayah seperti Gedangsari, Pathuk, beberapa tempat di Ngawen dan berbagai dusun lain.
Saat ini kondisi memprihatinkan, sumber air sangat terbatas, tanki air juga antre. Warga membeli air dalam tanki 5000 an liter dengan harga bervariasi antara 250 sd 350 ribu untuk beberapa KK," kata dia.
Kondisi warga yang berada di daerah ketinggian lebih memperihatinkan. Pasalnya, belum tentu truk tanki bisa mengirimkan bantuan air bersih hingga ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau sehingga warga kesulitan.
Di sisi lain, warga harus bersabar karena pengiriman air bersih baru bisa sampai dini hari. "Kondisi ini sangat memprihatinkan karena warga dapat air bersih antara 2 sampai dengan 3 hari sekali. Rata rata (mereka membeli air bersih) dari swadaya warga dan bantuan berbagai lembaga," tutup Huda. (Z-4)