SEBUAH gapura dari susunan bata merah menjadi penanda gerbang menuju rumah Ni Nyoman Rai Serimben di Dusun Bale Agung, Desa Paket Agung, Kecamatan Buleleng, Bali.
Di bagian dalamnya, sebuah Balai Gede yang terbuat dari kayu yang
telah berusia tua menjadi penanda bahwa bale tersebut menyimpan banyak cerita.
Ni Nyoman Rai Serimben merupakan ibu dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. "Dari kajian cagar budaya, hanya Balai Gede yang masuk cagar budaya, sedangkan rumah masa kecil Nyoman Rai Sarimben tidak termasuk, Budaya karena sudah banyak mengalami pemugaran," kata Made Arsana, Pemangku Pura Merajan kepada jurnalis dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkunjung bersama Komisi A DPRD DIY.
Arsana menjelaskan, Balai Gede hingga sekarang masih difungsikan untuk
berbagai kegiatan upacara, dari upacara kelahiran, tiga bulanan,
perkawinan, kematian, hingga pindah agama, seperti yang dilakukan oleh
Sukmawati Soekarnoputri pada 2021 yang lalu.
"Kami tidak tahu usia bangunan Balai Gede ini. Namun, keluarga kami sudah tinggal di sini sejak abad 14 atau sekitar tahun 1350," kata Arsana yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sarimben.
Ia menyebut, cerita tentang rumah tinggal Ibu Soekarno sebelum menikah
dengan Raden Soekemi Sosrodihardjo hanya berdasarkan cerita orangtua
terdahulu.
Serimben lahir di lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Buleleng pada sekitar 1881. Ayahnya adalah I Nyoman Pasek, seorang pemangku di Pura Bale Agung, sedangkan ibunya, Ni Made Liran, seorang pengurus upakara dan upacara di Pura Bale Agung.
Pertemuan Serimben dengan Soekemi terjadi pada sekira 1890-an, saat Soekemi menjadi guru di Sekolah Rakyat (SR) 1 Singaraja, yang kini bernama SDN 1 Paket Agung.
Menurut cerita yang ada, Soekemi jatuh cinta terhadap Serimben
ketika melihatnya menari rejang di Pura Bale Agung, ketika umanis galungan. Serimben yang sehari-hari menghabiskan waktunya di lingkungan Pura Bale Agung pun menerima cinta Soekemi.
Mereka berdua kemudian kawin lari karena di Bale Agung, wanita tak boleh dipersunting pihak luar. Raden Sukemi pun harus menerima konsekuensi dari tindakan kawin lari.
Ia disidang oleh pemerintahan Hindia Belanda dan terbukti telah menyebabkan kegaduhan pada sistem tatanan adat di Bale Agung sehingga disanksi denda 40 ringgit.
Usai persidangan itu, Soekemi dan Serimben sempat tinggal di wilayah
perbekelan Banjar Paketan sebelum pindah ke Surabaya pada 1900 dan lahir Soekarno di sana pada 6 Juni 1901. Serimben meninggal dunia pada 12 September 1958.
Semangat Bung Karno
Rumah Ni Nyoman Rai Serimben hanyalah satu dari sekian banyak tempat
bersejarah saat Soekemi dan Sarimben tinggal di Bali. Tak jauh dari rumah Serimben, Pemkab Buleleng membangun Taman Bung Karno yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Buleleng.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, I Made Suwitra Yadnya mengatakan, di Taman Bung Karno terdapat dari bahan tembaga dengan tinggi 8,5 meter. Pada bagian bawahnya, terdapat kutipan-kutipan pidato Bung Karno, antara lain Surat Wasiat Bung Karno saat berada di tahanan rumah di Wisma Yaso, Februari 1970, Amanat Bung Karno tentang Pancasila saat Pidato Kemerdekaan 1963, Puisi Bung Karno, Dedication of Life, hingga Pidato di Surabaya 24 November 1956.
Di tempat tersebut juga terdapat sebuah gedung perpustakaan Bung Karno
serta panggung pertunjukan terbuka.
Made Suwitra mengatakan, Taman Bung Karno ini merupakan ruang terbuka hijau yang bisa digunakan masyarakat umum. "Di satu sisi, taman ini memberikan ruang masyarakat, di sisi lain mengenalkan lebih dekat Bung Karno, serta menanamkan nasionalisme dan ke-Indonesiaan," jelas dia.
Ketua Kimisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengapresiasi komitmen Pemda Buleleng Bali dalam menggelorakan semangat Bung Karno, baik lewat Taman Bung Karno maupun tempat-tempat bersejarah yang ada di Buleleng.
"Kita bisa menghayati semangat Bung Karno dan sejarah hidup orangtua Bung Karno saat tinggal di Buleleng. Di Buleleng ada semangat Bung Karno yang digelorakan. Di sini, kita pahami bagaimana Bung Karno tidak mudah lelah membangun bangsa ini," tutup Eko. (N-2)