BREBES. kota dengan julukan Kota Bawang dan Telor Asin merupakan kabupaten yang berada di Jawa Tengah bagian paling barat di utara (pantura) berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Tidaktidak heran jika daerah Brebes yang berada di wilayah Jawa, namun beberapa masyarakatnya ada yang menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa ibunya.
Ada sedikitnya lima dari tujuh belas kecamatan yang ada di Brebes yang menggunakan bahasa sunda, yaitu Brebes daerah selatan dan barat. Hal ini karena ada interaksi masyarakat tersebut sangat erat dengan masyarakat sunda yang berada tidak jauh dari daerahnya.
Salah satu daerah tersebut adalah kecamatan Ketanggungan yang memilki desa adat yaitu Cikeusal dengan tradisi atau upacara adatnya yang terkenal yaitu Jalawastu.
Menurut data yang dirilis Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 Kabupaten Brebes termasuk lima besar peringkat prevalensi stunting paling tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Ini tentunya menjadi PR berat bagi pemerintah daerah untuk dapat menurunkan prevalensi stunting tersebut.
Pada tahun 2022 era Bupati Brebes Idza Priyanti membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan harapan dapat menurunkan sampai ke titik terendah.
"Semoga Tim ini masih dapat terus bekerja untuk mencapai tujuan yang ditetapkan saat pembentukannya, walaupun kepala daerahnya telah berganti," kata Uswadin, Perantau asal Brebes.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan PW Ikatan Sarjana NU DKI Jakarta itu, Brebes sebenarnya daerah yang memiliki banyak potensi, baik potensi alam, potensi sosial, potensi budaya serta potensi letak geografis yang strategis, tidak kalah juga potensi SDM yang unggul.
Potensi itu dapat dioptimalkan sehingga dapat memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalagi dengan lahirnya daerah-daerah industri baru diharapkan akan dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Brebes.
Baca juga : Bulog Jawa Tengah Gelontor Beras untuk Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan
Tingkat religiusitas yang tinggi juga dapat dijadikan semangat warga Brebes dalam melaksanakan pembangunan baik material maupun spiritual.
Dalam merayakan ulang tahun ke 345, harapan Brebes untuk bisa dan mampu bangkit telah dituangkan dalam sebuah kado Buku Antologi Puisi: Brebes Teyeng, Iktikaf Puisi NKN. Puisi yang digarap oleh budayawan Brebes Atmo Tan Sidik, dan budayawan sekaligus rektor Universitas Bhamada Slawi, serta Uswadin yang juga seorang pendidik dan penulis, ketiganya asli kelahiran Brebes.
Judul Brebes Teyeng, yang berarti Brebes bisa atau mampu berisi keyakinan dan kepercayaan dari penulis untuk Brebes lebih maju dan bisa lebih mengatasi stunting dan masalah'-masalah lainnya.
Brebes yang khas dengan Jawa Ngapak-nya dengan jargon "Ngapak Kepenak Nemen" (NKN). Sub judul Iktikaf NKN, mengandung maksud buku ini juga mengingatkan agar aspek religiusitas dan spiritual tidak dilupakan dalam membangun masyarakat Brebes sehingga terwujudnya keseimbangan dalam material dan spiritual sebagai konsep pembangunan seutuhnya tanpa meninggalkan salah satu aspeknya.
"Sebab jika salah satu ditinggalkan, maka pembangunan tersebut akan menimbulkan ketimpangan dan menjadikan kesuksesan atau keberhasilan yang semu," ujar Uswadin.
"Selamat merayakan hari jadi Brebes ke-345 tahun, Bangkit Bersama Kuat Raih Prestasi dengan Sesanti Daerah Mangesthi Wicara Ebahing Praja (1678) mengandung arti bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) Negara (Praja) dan Bangsa," imbuhnya.
"Semoga ikhtiar-ikhtiar komponen wong Brebes dapat menjadikan Brebes lebih maju, sukses makmur dan sejahtera dalam ridlo Allah Yang Maha Kuasa. Amiiin ya rabbal alamiiin," pungkasnya. (RO/OL-7)