15 December 2022, 16:45 WIB

Raja dan Sultan Nusantara Dukung Ketua DPD RI Kembali ke UUD 1945


mediaindonesia.com | Nusantara

Ist
 Ist
Pertemuan Ketua DPD RI LaNyalla M Mattaliltti dengan Raja dan Sultan Nusantara di Aceh, Rabu (14/12) malam.

PARA Raja dan Sultan Nusantara mendukung langkah Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti yang berjuang agar bangsa ini kembali kepada UUD 1945 naskah asli untuk selanjutnya diperbaiki dengan teknik adendum.

Dukungan itu disampaikan melalui pernyataan sikap Raja dan Sultan Nusantara yang dibacakan Raja Beutong IX Aceh, PYM Ampon Daulat Tuanku Teuku Raja Keumangan (TRK) di Aceh, Rabu (14/12) malam.

Raja Beutong ke-IX mengajak seluruh elemen bangsa untuk memberikan dukungan kepada apa yang sedang diperjuangkan oleh Ketua DPD RI. Sebab, roh dan napas bangsa ini tertuang jelas dalam UUD 1945 naskah asli.

"Saya kira seluruh elemen bangsa harus dan wajib mendukung gagasan Pak Ketua DPD RI. Penyelenggaraan negara ini sudah menyimpang dari konstitusi atau UUD 1945 naskah asli. Roh bangsa ini ada di sana," tegas Teuku Raja Keumangan (TRK).

Oleh karenanya, Teuku Raja Keumangan mengharapkan perjuangan untuk mengembalikan UUD 1945 naskah asli harus terus dipelopori.

"Kami meminta kepada Ketua DPD RI agar berjuang sekuat tenaga, agar UUD 1945 naskah asli dikembalikan lagi. Dalam sejarah Republik ini, Presiden Soekarno pernah mengeluarkan dekrit untuk kembali ke UUD 1945," ujarnya.

Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti menyampaikan apresiasi atas dukungan para Raja dan Sultan Nusantara.

Menurut dia, Raja dan Sultan Nusantara harus diberikan hak untuk ikut mengatur arah perjalanan bangsa. Sebab, Kerajaan dan Kesultanan Nusantara memiliki andil yang cukup besar dalam memerdekakan bangsa ini.

"Sudah berulang kali saya katakan, sumbangsih Kerajaan dan Kesultanan Nusantara terhadap lahirnya Republik Indonesia sangat besar. Apalagi sumbangsih Aceh," kata La Nyalla dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (15/12).

Senator asal Jawa Timur itu melanjutkan, sumbangsih Aceh terhadap lahirnya bangsa dan negara ini bukan saja berlangsung menjelang kemerdekaan. Tetapi jauh sebelum itu.


Baca juga: Menjaga Keseimbangan Ekosistem Laut dengan Reklamasi Laut


"Kerajaan dan Kesultanan Aceh telah membuktikan kedaulatannya dengan menggagalkan imperialisme bangsa Eropa di Aceh," tutur LaNyalla.

LaNyalla juga mencontohkan Laksamana Malahayati, yang bernama asli Keumalahayati, seorang perempuan pejuang dari Kesultanan Aceh. Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee, sebutan untuk janda-janda pahlawan yang telah syahid, berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada 11 September 1599, sekaligus mengalahkan Cornelis de Houtman, dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Pada 2017 lalu, Laksamana Malahayati mendapat gelar pahlawan. Namanya disematkan sebagai pengganti nama jalan Inspeksi Kalimalang sebelah Utara, Jakarta Timur.

"Sumbangsih besar Kerajaan dan Kesultanan Nusantara terhadap lahirnya bangsa dan negara ini adalah sumbangsih semangat perjuangan, moril dan materiel yang nyata dari para Raja dan Sultan Nusantara dalam proses kemerdekaan RI," tutur LaNyalla.

Berdasarkan hal tersebut, LaNyalla menyebut Kerajaan dan Kesultanan Nusantara adalah salah satu pemegang saham utama negeri ini.

"Tetapi apa yang terjadi kemudian, para Raja dan Sultan Nusantara tidak dapat secara langsung dan aktif untuk ikut menentukan arah perjalanan bangsa. Karena perubahan konstitusi yang dilakukan pada 1999 hingga 2002 telah memberikan kekuasaan yang begitu kuat kepada partai politik dan DPR, serta Presiden melalui sistem presidensial," ujar dia.

Padahal, sistem bernegara yang dirumuskan para pendiri bangsa bukan sistem presidensial, bukan pula demokrasi ala barat. Karena itu, LaNyalla mengaku terpanggil untuk meluruskan kembali cita-cita dan tujuan lahirnya bangsa dan negara ini.

"Saya sudah sampai kepada suatu kesimpulan, bahwa bangsa ini harus kembali ke naskah asli UUDasar 1945. Agar kemudian kita sempurnakan dengan teknik adendum. Bukan diubah dan diganti total 95% isinya, dan menjadi konstitusi baru," katanya.

Pada kesempatan itu, Ketua DPD RI didampingi sejumlah Senator di antaranya Abdullah Puteh dan Fachrul Razi (Aceh), Bustami Zainuddin (Lampung) dan Andi M Ihsan (Sulsel). Turut hadir Gubernur Aceh, yang diwakili Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, Ketua Majelis Agung Raja Sultan Aceh YM Teuku Raja Kaumangan, para Raja dan Sultan serta Forkopimda Provinsi Aceh. (RO/OL-16)

BERITA TERKAIT