KERUSAKAN lahan gambut di Provinsi Kalimantan Selatan telah memicu terjadinya bencana banjir serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut. Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Kalsel mengusulkan sejumlah program restorasi gambut di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Maluka sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor.
Hal itu dikemukakan Anggota Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Prof Achmad Kurnain, saat kegiatan Focus Group Discussion Rencana Program Inovatif Kegiatan Restorasi Gambut di KHG Sungai Maluka - Sungai Martapura Kalsel, Sabtu (15/10).
"Fenomena banjir dan kekeringan yang cepat sehingga memicu kebakaran menunjukkan bahwa serapan lahan gambut sudah semakin menurun dan terbatas," tegasnya.
Baca juga: Upaya Pembenahan Lahan Gambut di RI Masih Berlanjut
Karena itu, perlu inovasi program restorasi melalui pembangunan serapan air dan biopori. Program R3 berupa reweeting, revegetasi, dan revitalisasi ekonomi masyarakat tetap dilakukan tetapi perlu menyesuaikan karakter desa.
"Perlu pendekatan spesifik dan kolaborasi desa hingga kabupaten, sehingga berbagai kendala di lapangan yang menyebabkan banyak program tidak berjalan teratasi," ujarnya.
KHG Maluka-Martapura meliputi wilayah Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru dengan luasan KHG diperkirakan mencapai 90 ribu hektare.
Dalam FGD itu, sejumlah daerah mengusulkan program-program restorasi dan sosial ekomomi yang selanjutnya akan diusulkan kepada BRGM.
Salah satu usulan yang menarik adalah pemanfaatan lahan tidur di kawasan sekitar bandara untuk kegiatan pertanian warga. Luas lahan tidur ini diperkirakan cukup luas dengan kepemilikan pengusaha dan warga luar Kalsel.
Selain rentan banjir dan kebakaran lahan, kekeringan gambut juga berpengaruh pada konstruksi bangunan mudah ambruk akibat struktur galam yang kering.
Ketua Pokja Teknik Restorasi Gambut dan Mangrove BRGM Agus Yasin mengatakan perlu kajian mendalam terkait fenomena cepat kering cepat basah kawasan lahan gambut KHG Maluka-Martapura ini.
"Kita tengah memperbaiki peta KHG. Pemanfaatan lahan tidur menjadi penting sehingga penangan gambut bisa lebih menyeluruh. Berbagai fasilitas sudah ada seperti embung, kanal serta pompa-pompa air di kawasan ini," ungkapnya.
Sementara Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRGM Tris Raditian menegaskan penanganan lahan gambut memerlukan keterlibatan semua pihak dan harus menyesuaikan karakteristik daerah maupun keinginan masyarakat.
"Penting pula upaya mengubah perilaku masyarakat untuk mitigasi bencana," ujarnya. (OL-1)