PEMERINTAH Kota Sukabumi, Jawa Barat, meningkatkan kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi. Kurun beberapa waktu terakhir, terjadi sejumlah bencana yang dipicu cuaca ekstrem.
Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, menuturkan Pemkot Sukabumi terus mengedukasi masyarakat bahwa penanganan kebencanaan bukan hanya tugas pemerintah atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Karena itu, edukasi dan sosialisasi gencar dilakukan. "Harapannya, masyarakat bisa memahaminya termasuk di lingkungan sekolah," sebut Fahmi, Selasa (11/10).
Fahmi menegaskan diperlukan kepedulian dari semua elemen masyarakat terhadap kondisi lingkungan. Misalnya kepedulian terhadap kondisi drainase, saluran air, maupun tumpukan sampah. "Ini menjadi sesuatu yang bisa jadi musibah," bebernya.
Fahmi menyebut ada empat jenis bencana yang intensitasnya cukup tinggi di Kota Sukabumi. Bencananya terdiri dari banjir, tanah longsor, gempa, dan kebakaran. "Keempat jenis bencana ini masih menduduki peringkat teratas di Kota Sukabumi," pungkasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Imran Wardhani, menuturkan taksiran nilai kerugian bencana diestimasi berdasarkan infrastruktur ataupun sarana dan prasarana lain yang terdampak. Hasil taksiran penghitungan, selama tahun ini terhitung Januari-September, nilai kerugian akibat bencana mencapai Rp8.816.845.000.
"Paling besar nilai kerugian akibat dampak banjir sebesar Rp5.122.220.000 dan tanah longsor sebesar Rp1.578.875.000," kata Imran beberapa waktu lalu.
Dari 136 kali bencana di Kota Sukabumi, luasan area terdampak sekitar 60,976 hektare. Terdapat sebanyak 868 kepala keluarga yang terdampak. "Ada 13 orang yang mengungsi, satu orang meninggal dunia, dan enam orang mengalami luka ringan," tuturnya.
Terdapat pula sebanyak 721 unit bangunan rumah yang rusak. Rinciannya terdiri dari 52 unit kondisinya rusak berat, 189 unit rusak sedang, dan 480 unit rusak ringan.
"Potensi bencana masih terus terjadi. BMKG sudah merilis saat ini mulai memasuki musim hujan. Kondisi ini ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga memicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor," pungkasnya. (OL-15)