29 September 2022, 19:33 WIB

Pahami Jejak Digital, Pelajar Ikut Literasi Digital di Mbay


Ignas Kunda | Nusantara

MI/Ignas Kunda.
 MI/Ignas Kunda.
Workshop literasi digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Aula Pondok SVD, Mbay, Kabupaten Nagekeo, Kamis (29/9). 

SEJUMLAH pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga SMA serta mahasiswa perguruan tinggi di Mbay, Kabupaten Nagekeo, 
belajar memahami jejak digital media sosial untuk masa depan dalam mengembangkan kultur digital yang baik dan sehat. Mereka mengikuti workshop literasi digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Aula Pondok SVD, Mbay, Kabupaten Nagekeo, Kamis (29/9).  

Dosen di Institut Nasional Flores yang menjadi pembicara dalam workshop itu, Yohanes Freadyanus Kasi, mengungkapkan data pengguna internet di Bali Nusa Tenggara kurang lebih 8,9 juta dan akan terus tumbuh menjangkau pelosok-pelosok. Karenanya, perlu ada literasi digital dengan konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Seorang pengguna semestinya tidak hanya mampu mengoperasikan alat-alat digital, melainkan juga menggunakannya dengan penuh tanggung jawab.

Menurut Freadyanus, dalam percakapan media sosial ada hal yang perlu dipikirkan seperti lawan kita berbicara online. Yang dilakukan atau ditampilkan di webcam dapat direkam. Karenanya, hindari percakapan webcam satu sisi yakni webcam orang lain tidak berfungsi karena kita tidak akan tahu siapa mereka sebenarnya. Dengan demikian perlu menjaga kerahasiaan informasi pribadi, hindari berbagi informasi pribadi seperti nomor telepon, alamat rumah.

"Dalam sharing perlu diperhatikan bahwa orang mungkin masih dapat melihat hal-hal yang dibagikan secara online selama berbulan-bulan atau bahkan tahun ke depan. Jika tidak yakin tentang yang harus dan tidak boleh bagikan secara online, tanyakan kepada orangtua atau guru. Cari tahu cara menggunakan pengaturan privasi pada layanan yang digunakan. Pengaturan ini akan membantu kita mengendalikan informasi sehingga dapat memutuskan informasi yang ingin dibagikan. Perlu menjaga kerahasiaan informasi pribadi termasuk foto, nama sekolah, email, nomor telepon, tanggal lahir, dan alamat hanya membagikan detail lokasi dengan orang yang dikenal dan dipercayai secara langsung," jelas dosen yang biasa disapa Edi ini. 

Sedangkan ICT Watch Indriyatno Banyumurti yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan itu mengatakan bahwa mengutip dari yang sudah disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim bahwa kecakapan digital bukan hanya cakap menggunakan teknologi tetapi juga cerdas dan bijak menggunakannya. "Ini paling berbahaya yang paling harus diperhatikan adalah juga jejak digital kita sekali kita posting tidak akan pernah bisa kita menghapusnya. Kata siapa postingan kita belum di-screen capture. Jadi kalau sekali kita posting online jejak digital kita akan abadi," katanya.

Banyumurti menjelaskan banyak pengalaman membuktikan ada banyak anak punya potensi akademik yang bagus tetapi akhirnya gagal karena kecakapan dan kebijaksanaan menggunakan media sosialnya sangat buruk. "Ada anak yang esainya bagus urutan dua, tetapi setelah dicek media sosialnya ia punya rekam jejak sangat buruk, sehingga gagal dalam tes. Rekam jejak ini sangat memengaruhi masa depan," katanya. 

Banyumurti juga berpesan kepada para pelajar agar bisa aman di internet perlu kata kunci yang kuat dengan verifikasi dua langkah, jangan mengumbar data pribadi, memahami pengaturan privasi, serta tidak sembarang menginstal aplikasi. Banyak peluang kejahatan yang muncul bila sembarang membagikan data pribadi kita di media sosial. Karena itu perlu empati di antaranya peduli terhadap sesama, hindari prasangka dan stereotip, posisikan diri sebagai orang lain, terbukalah terhadap pendapat yang berbeda. "Empati kadang hilang di dunia digital. Netizen Indonesia paling tidak ramah di dunia. Jadi gunakan media sosial dengan penuh rasa cinta, karena rasa cinta menghilangkan kejahatan, hoaks di media sosial." 

Sedangkan narasumber lain, Rosadalima Panda dari komunitas Bidara mengungkapkan data Digital Index, Indonesia menempati urutan 29 atau paling bawah untuk keadaban digital dan daya saing digital. Daya saing digital terendah di Asia, Indonesia menempati urutan tiga terbawah. Keberadaan internet membuat jaringan informasi menjadi lebih luas serta punya kesempatan yang sama untuk semua kalangan. "Namun tantangan kita yakni tidak kritis terhadap segala informasi yang mengakibatkan risiko hoaks serta mengakibatkan terlalu reaktif serta mengganggu kesehatan mental dan fisik. Karena itu perlu untuk selalu membaca dengan baik. Dengan membaca kita bisa membangun daya kritis mampu beradaptasi dengan teknologi. Tetap berpegang teguh pada budaya kebinekaan dan kesopanan," ungkapnya. 

Salah satu pelajar SMA, Ina, di kota Mbay mengaku senang karena tidak menyangka ternyata dalam literasi digital.  Ia bisa mendapat ilmu baru cara menangkal hoaks serta mengecek informasi hoaks juga mengenai pengecekan data pribadi. "Saya berterima kasih dan senang awalnya hanya mau turut ramai ikut kawan tetapi akhirnya ada ilmu untuk bisa cek hoaks lewat internet dengan situs yang diberikan serta web untuk cek jangan sampai data pribadi kita digunakan orang lain," katanya. 

Pada workshop ini para peserta yang terdaftar mendapatkan sejumlah earphone. Pada akhir acara sejumlah pelajar mendapatkan hadiah menarik serta mendapat suguhan pementasan musik akustik lokal. (OL-14)

BERITA TERKAIT