14 September 2022, 20:17 WIB

Aplikasi Phinisi Tingkatkan Efisiensi dan Efektivitas Layanan Pelabuhan Indonesia


Lina Herlina | Nusantara

MI/USMAN ISKANDAR
 MI/USMAN ISKANDAR
Para pekerja melakukan bongkar muat barang di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, pelabuhan warisan kerajaan Gowa-Tallo. 

PHINISI adalah kapal tradisional yang berasal dari Sulawesi sebagai lambang kejayaan di lautan. Tapi di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo),
Phinisi adalah sebuah aplikasi pelayanan prima yang diberikan kepada semua stakeholder, untuk menyamakan sistem di empat regional yang ada di Pelindo pasca-merger sejak 1 Oktober 2021.

Pihak Pelindo menyebut aplikasi tersebut meningkatkan efisensi dan efektivitas sistem pelayanan, karena membuat kustomer merasa lebih
nyaman karena pelayanan menjadi semakin cepat dan memotong birokrasi.

Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis mengungkapkan pasca-merger Pelindo Regional 4 juga fokus pada implementasi perubahan manajemen yang bertujuan sebagai standar nasional berdasarkan perencanaan dan pengendalian serta kerja sama dengan subholding.

Dan itu sangat berdampak pada kinerja pelabuhan. Dengan aplikasi Phinisi, cetak nota tagihan yang biasanya dua hari menjadi hanya sehari.

"Tidak hanya itu di Pelabuhan Ambon misalnya waktu tunggu kapal di pelabuhan yang tadinya bisa sampai tiga hari, kini bisa dipangkas
tinggal satu setengah hari. Juga di Cabang Makassar sebelumnya dua hari, sekarang hanya sehari," ungkap Enriany.

Selain fokus pada perubahan manajemen pasca-merger yang dilakukan adalah standarisasi pelayanan dengan melakukan digitalisasi, yaitu penerapan aplikasi untuk pelayanan kapal. Aplikasi Phinisi yang sedang dikembangkan dan nantinya akan digunakan secara seragam di seluruh pelabuhan di Indonesia.

"Semua itu akan berjalan dengan cepat dan lebih efisien dengan adanya digitalisasi, termasuk sumber daya manusia yang bekerja di
masing-masing pelabuhan. Kami juga konsen untuk meningkatkan kualitas dengan mengikutsertakan pada pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi di bidang kepelabuhanan," lanjut Enriany.

Khusus di Pelindo Regional 4, yang melingkupi Cabang Makassar dan 11 cabang lain, digitalisasi dilakukan pada sistem autogate di pintu masuk pelabuhan, yang bertujuan, selain mengurangi kontak langsung juga untuk transparansi dan menghilangkan pungutan liar alias pungli di pelabuhan.

Pasca-merger beberapa cabang di Regional 4 secara bertahap melakukan kerja sama dengan subholding yang dibentuk setelah Pelindo bergabung. Dari 26 cabang yang ada di Regional 4, sejak Januari 2022 secara bertahap mulai bergabung dengan subholding, yaitu Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), dan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL), juga anak perusahaan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT).

Melalui kerja sama tersebut menurut Enriany, terjadi beberapa perubahan kinerja, karena proses bisnisnya menjadi lebih fokus. "Misalnya cabang yang tadinya menangani beberapa segmen jasa kepelabuhanan yaitu peti kemas, non-peti kemas, penumpang dan lain-lain, setelah kerja sama dengan subholding bisa lebih terarah dan fokus, serta bisa lebih optimal kinerjanya dibandingkan pada saat hanya ditangani oleh satu unit kerja atau cabang," jelasnya.

baca juga: PT Hotel Indonesia Natour Siapkan Beragam Paket Wisata Dalam BRI Travel Fair 2022

Terpisah, Senior Vice President Operasi Kapal, Syamsul Maarif menuturkan, pasca-merger Pelindo dan terbentuknya SPJM, cukup banyak
yang dilakukan pihaknya terutama dalam perbaikan layanan. Sejak SPJM melakukan STO (Serah Terima Operasi), pihaknya langsung berkoordinasi dengan anak-anak usaha, terutama Pelindo Marine Service (PMS) dan PT Jasa Armada Indonesia (JAI) Tbk dalam hal pelayanan yang optimal.

"Kami juga banyak melakukan improve atau perbaikan yang sesuai dengan harapan dari Pelindo atau holding. Salah satu konsen kami yaitu terkait dengan pelayanan, membuat jalur komunikasi internal SPJM maupun dengan anak perusahaan (anper) PT PMS dengan tujuan agar pelayanan makin baik yang tentunya sesuai harapan ultimate (Holding) khususnya pengguna jasa," Syamsul menuturkan.

Dia menambahkan, kegiatan di pelabuhan hanya dua hal yang perlu diperhatikan khusus, yakni port stay dan cargo stay atau waktu tunggu
kapal di pelabuhan dan waktu bongkar muatan dari dan keatas kapal.

"Port stay itu terkait dengan kecepatan pelayanan kapal, dengan cara melakukan pembenahan internal SPJM seperti proses bisnis, standardisasi kesiapan sarana dan prasarana termasuk SDM. Dan cargo stay tentu terkait standardisasi kesiapan alat-alat bongkar muat yang menjadi tanggung jawab SPJM yang tersebar di seluruh terminal peti kemas seperti container crane, RTG Crane dan lainnya," tambah Syamsul.

"Kalau di konvensional, mungkin terkait kesiapannya seperti apa, terus pengawasannya seperti apa. Sehingga barang yang ada di wilayah pelabuhan baik itu di lini satu atau lini dua, rotasi keluarnya dari pelabuhan itu lebih cepat. Konsen kami dari operasional yaitu memperbaiki pelayanan-pelayanan yang saat ini sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan agar lebih menjadi baik," sambungnya.

Pihak SPJM juga terus berupaya melakukan berbagai perubahan dan persiapan yang lebih matang dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk regulator.

"Misalnya persiapan docking kapal, sekiranya jauh hari sebelum dilakukan docking, kita sudah mengadakan berbagai persiapan sehingga operasional tidak terganggu dengan adanya schedule kapal yang docking Tujuannya agar tidak mengganggu operasional yang ada," pungkas Syamsul. (N-1)

 

 

 

BERITA TERKAIT