30 July 2022, 14:26 WIB

Menyusuri Rute Berbahaya Jalan Pegunungan Lumpangi-Batulicin


Denny Susanto | Nusantara

MI/Denny Susanto
 MI/Denny Susanto
Titik awal ruas Trans Kalimantan rute Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu menuju Lumpangi, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

HAMPARAN perkebunan kelapa sawit di kiri dan kanan ruas jalan serta deretan perbukitan karst yang berdiri kokoh seperti benteng berbalut pepohonan hutan tropis lebat menjadi pemandangan menakjubkan pada titik awal ruas Trans Kalimantan rute Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu menuju Lumpangi, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

Dari kejauhan juga terlihat deretan pegunungan Meratus di selimuti awan tipis pada bagian puncaknya. Sungguh sebuah suguhan pemandangan bentang alam yang indah, terutama saat senja ketika sinar mentari mulai meredup dan berangsur menghilang di ufuk barat.

Walau jauh dari perkampungan penduduk, namun akan banyak kita jumpai muda mudi desa yang berkumpul di tepi jalan. Tidak hanya sekadar nongkrong, tepi jalan di dataran tinggi ini merupakan zona sinyal seluler dimana mereka bisa mengakses internet maupun bermedsos ria.

Di kilometer-kilometer awal perjalanan menyusuri jalan berstatus jalan nasional yang dibangun pada tahun 2003 ini sangat menyenangkan, karena aspal jalan yang mulus, naik turun dan berkelok-kelok khas jalan di kaki pegunungan. Kita juga akan menemukan persimpangan ruas jalan nan mulus lurus membelah hutan yaitu jalan tol penghubung Kota Banjarbaru ke Batulicin yang belum difungsikan.

Namun setelah menjumpai sejumlah perkampungan penduduk yang masuk wilayah Kecamatan Mentewe, jalanan mulai banyak yang rusak, baik berlobang maupun ruas jalan mengalami longsor. Bahkan ada banyak titik badan jalan yang tersisa akibat longsor tinggal separuh.

Banyaknya tikungan tajam dan menanjak dengan sisi jalan berupa jurang dalam, membuat jalur Lumpangi-Batulicin sangat berbahaya. Lebar badan jalan pun rata-rata kurang dari enam meter sehingga cukup sulit jika berselisihan. Tumpukan material berupa pasir dan batu ditaruh di tepi jalan oleh kontraktor, semakin mempersempit lebar jalan.

"Ada cukup banyak kerusakan pada ruas jalan Lumpangi-Batulicin maupun trans kalimantan poros selatan. Namun saat ini upaya perbaikan kerusakan jalan dan jembatan terus dilakukan pihak Balai Jalan karena merupakan jalan nasional," tutur Subhansyah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Bumbu.

baca juga: Kalimantan Selatan Tingkatkan Peran Relawan Bencana

Tidak banyak pengguna jalan yang melewati jalur ini, kecuali warga sejumlah desa yang berada di kaki gunung, terlebih pada malam hari. Sesekali lewat mobil barang dan truk yang membawa hasil bumi, barang dagangan kelontongan, juga kayu-kayu hasil tebangan. Selain karena kondisi jalan yang rusak, kekhawatiran adanya begal di jalan juga menjadi alasan ruas jalan ini sangat sepi.

Jalan nasional sepanjang sekitar 140 kilometer ini, menghubungkan desa-desa di kaki Pegunungan Meratus di sejumlah wilayah kabupaten yaitu Tanah Bumbu, Banjar dan Hulu Sungai Selatan. Jalur ini sebenarnya cukup strategis, karena merupakan jalan pintas bagi warga bagian utara Kalsel (Banua Enam) menuju Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang sebelumnya harus memutar ke Banjarmasin terlebih dahulu.

Jalur pintas ini dapat ditempuh sekitar 3-4 jam menggunakan mobil. Namun tak jarang jalur tidak bisa dilewati karena longsor saat musim penghujan.    

Beberapa waktu lalu, Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar berharap pemerintah pusat meningkatkan pembangunan infrastruktur terutama untuk ruas jalan menuju IKN.

Kalsel dinilai merupakan jalur strategis transportasi, karena berbatasan dengan dua proyek strategis nasional, yakni pembangunan IKN di Kaltim serta kawasan food estate (lumbung pangan) di Kalimantan Tengah. (N-1)

BERITA TERKAIT