27 July 2022, 11:05 WIB

Goges Bosan jadi Preman Tekuni Budidaya Bonsai Merintis jadi Juragan


Alexander P. Taum | Nusantara

MI/Alexander Taum
 MI/Alexander Taum
Goges tengah menata koleksi bonsai miliknya yang disewa, Goges bosan menjadi preman sejak menikah dan kini merintis menjadi juragan bonsai  

BANYAK mata tertuju pada sosok pemuda hitam penuh tato itu. Ia meloncat dari bak belakang sebuah mobil pick up dipenuhi pot cantik dan tanaman bonsai. Warga setempat heran, sebab biasanya pria itu mampir ke hajatan pesta untuk sekedar menghabiskan waktu, bersenang-senang, minum minuman keras hingga berkelahi.

Namun kali ini, Goges, demikian nama sapaan pemuda itu, sibuk membawa pot cantik dan ratusan bunga bonsai yang dikoleksinya sendiri. Tak hanya itu, pot cantik dan koleksi bonsainya itu di tatanya rapih hampir di tiap penjuru panggung pelaminan. Posisi dan tata letaknya sangat artistik menambah kesan megah panggung pelaminan.

Pemuda ini bernama lengkap Yohanes Lakan Lamadua, 34, pemuda asal Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.  Ia tampak sibuk mendekorasi panggung pelaminan. Sabtu, pekan lalu, sepasang pengantin asal wilayah tersebut, sedang melangsungkan hajatan pernikahan.

Seperti hajatan pernikahan di wilayah Nusa Tenggara Timur, syukuran selalu ditandai pesta meriah. Karena itulah, Dekorasi dan penataan panggung pelaminan menjadi bagian penting yang harus ditampilkan, agar terkesan istimewa.

"Setahun lalu sejak saya punya bonsai, banyak sekali tawaran untuk dekorasi acara baik oleh pemerintah maupun pribadi seperti ini. Cape juga tapi saya nikmati saja," ungkap Goges.

Ia mengaku, tidak mematok biaya sewa bonsainya ketika mendekorasi hajatan pernikahan. Apalagi hajatan yang dilakukan oleh kerabatnya sendiri.

Namun, seperti profesi lainnya, Goges mematok harga jika ada permintaan dekorasi bonsai dalam hajatan pemerintah dan pihak di luar garis keluarga.

"Patokan harga sewa dekorasi pasti ada. Sebab semua ini saya hasilkan melalui usaha dan kerja keras," ungkap Goges Duan.

Untuk hajatan pemerintah, jelas Goges, ia membadrol dekorasi dengan bansoi Rp1 juta rupiah.

Kiprah mantan preman ini dalam dunia tanaman hias ini mengejutkan warga sekitar. Goges mengaku mengurangi mabuk mabukan dan berkelahi, setelah resmi menikah dan diajak senior pembudidaya bonsai di kota Lewoleba untuk menekuni usaha tanaman hias.

"Setelah nikah, ada Kaka Yanto dan Gery datang ajak saya untuk bolang, mencari anakan bonsai di hutan. Saya ikut saja. Setelah ketemu tanaman di hutan, saya juga diajari cara membentuk dan merawat bonsai. Akhirnya bisa. Kami tergabung dalam komunitas bonsai Lembata, jadi kalau
kesulitan, kami saling bantu," ungkap Goges.

Ia mengaku bersyukur karena selain mendapatkan penghasilan dari membudidaya bonsai, ia juga mulai mengurangi kebiasaan mabuk dan mengacau di jalanan.

"Saya masih minum. Berkelahi juga masih, tetapi sudah kurangi, karena tanaman ini siapa yang rawat kalau bukan saya sendiri. Jadi biar mabuk miras pun, saya harus tetap rawat tanaman bonsai dan melayani permintaan dekorasi,"ungkap Goges.

Selain melayani dekorasi, sesekali ia menjual tanaman bonsainya dengan harga paling rendah Rp250 ribu. "Kalau yang mau beli bonsai, paling murah Rp250 ribu. Harga tergantung bentuk dan jenis tanaman. Tetapi sekarang saya kurangi jual bonsai karena stok terbatas, harga pot bunga juga makin mahal. Untuk sementara, saya layani dekorasi saja," ungkap Goges.

Ia berharap dukungan pemerintah memberdayakan para pembudidaya bonsai dengan menyewa hasil karya bonsai untuk peningkatan ekonomi rumah tangganya. (OL-13)

Baca Juga: Pemkab OKI Serius Optimal Kelola Ekosistem Gambut

BERITA TERKAIT