11 July 2022, 14:23 WIB

Menkominfo Ungkap Potret Infrastruktur TIK Nasional


M Ilham Ramadhan Avisena | Nusantara

MI/Briyanbodo H
 MI/Briyanbodo H
Pembangunan tower BTS oleh Kemenkominfo

MENTERI Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkapkan terdapat tiga lapisan (layer) yang perlu dipahami untuk memotret perkembangan infrastruktur TIK nasional. Ini berkenaan dengan upaya pengembangan dan pemanfaatan teknologi digital di Tanah Air.

Hal itu ia sampaikan dalam Side Event G20 Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022 bertema Advancing Digital Economy and Finance: Synergistic and Inclusive Ecosystem for Accelerated Recovery, Bali, Senin (11/7).

"Layer pertama ialah cakupan serat optik (fiber optik) yang ada di Indonesia. Sejauh ini fiber optic di Tanah Air telah membentang hingga 359 kilometer baik di darat maupun di dasar laut," kata Johnny.

Fiber optic berfungsi menghubungkan jaringan antarpulau dan berperan sebagai tulang punggung (backbone) jaringan telekomunikasi. Bentangan fiber optic yang dimiliki Indonesia saat ini dinilai belum mencukupi dan butuh untuk ditambah.

"Kita harus menambah dan menyambung titik tulang punggung ini untuk menghubungkan titik yang belum terhubung," tambahnya.

Salah satu yang sedang diupayakan ialah pembangunan Palapa Ring melalui skema Public Private Partnership (KPBU) dengan mitra dan menjadi layer kedua. Proyek itu diharapkan tuntas beberapa waktu mendatang dan akan menyajikan fiber optic sepanjang 12.100 km.

Penggunaan satelit juga dapat menjadi solusi dari persoalan jangkauan fiber optic. Sebab, tidak semua wilayah di Indonesia dapat dijangkau lantaran kondisi geografis, topografis, dan logistik. Karenanya dibutuhkan jaringan microwave fiber optik guna menghubungkan wilayah yang sulit untuk dijangkau tersebut.

Kemenkominfo melalui peta jalan (road map) yang disusun memproyeksikan, Indonesia membutuhkan 1 terabyte (TB) per detik kapasitas satelit hingga 2030. Johnny optimistis hal itu dapat dicapai. Sebab, saat ini ada pembangunan satelit dengan kapasitas 2x150 giga byte (GB) per detik yang dilakukan pemerintah dan mitra.

Peluncuran satelit pertama dengan kapasitas 150GB per detik akan dilakukan pada triwulan I 2023. Proyek ini dikerjakan bersama dengan Amerika Serikat. Lalu pada triwulan II 2023 bakal diluncurkan satelit dengan kapasitas sama dari kerja sama dengan Eropa.

"Mudah-mudahan di akhir 2023 dan awal 2024, Indonesia, khususnya pemerintah, seluruh layanan publik akan bisa dilayani dengan satelit. (Dua) satelit itu akan melayani itu, termasuk 90 ribu sekolah, fasyankes, kepolisian, kantor desa yang belum ada akses internet," jelas Johnny.

Baca juga: Kominfo: Tak Harus Beli TV Baru untuk Nikmati Siaran TV Digital

Pada layer ketiga, pemerintah akan terus membangun base transceiver station (BTS) untuk menghadirkan jaringan 4G di Indonesia. Dari 83.548 desa dan kelurahan yang ada, sebanyak 12.345 desa dan kelurahan belum bisa menikmati jaringan tersebut, termasuk wilayah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Guna mempercepat pembangunan BTS, pemerintah bakal terus mencari mitra kerja sama dan menggarap proyek itu melalui skema KPBU. Bila ini dapat dilakukan, imbuh Johnny, akses jaringan internet yang merata hingga pelosok bukan lagi menjadi angan semata.

Sejatinya, percepatan pembangunan infrastruktur TIK diperlukan untuk menunjang semua aspek, baik dari sisi perekonomi, sosial, kesehatan, hingga pemerintahan. Terkait dengan pemerintahan, diperlukan pusat data berbasis cloud untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan fungsinya.

Saat ini, ucapJohnny, terdapat 24.400 aplikasi yang digunakan pemerintah untuk melayani publik dan kegiatan operasional.

"Sangat tidak efisien, sehingga kita harus menata ulang, menghasilkan satu super aplikasi. Paling tidak cukup 8 aplikasi yang terintegrasi dan memudahkan komunikasi, ini sedang kita siapkan dalam peta jalan kominfo," ungkapnya.

Kominfo, lanjut Johnny, telah memetakan 4 wilayah yang akan menjadi pusat data berbasis cloud di Tanah Air, yakni Jakarta, Batam, Kalimantan, dan Labuan Bajo. Empat wilayah tersebut dianggap mumpuni dan aman dari ancaman geografi yang dapat menganggu saluran konektivitas.

Keempat wilayah pusat data itu diharapkan dapat saling melengkapi dan memperkuat sistem pencadangan data. Hal-hal teknis mengenai pusat data itu akan terus diperdalam untuk memastikan eksekusinya berjalan sesuai dengan rencana.

Seiring dengan itu, langkah penguatan kapasitas SDM menjadi penting. Tujuannya, agar penyerapan tenaga kerja dan manfaat dari pengembangan infrastruktur TIK dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia. Pengenalan pada teknologi digital dasar hingga tingkat tinggi perlu dilakukan secara menerus.

"Kita harus menghasilkan ini (talenta digital). Saat ini kominfo bekerja sama dengan 8 universitas dunia, untuk menghasilkan advance digital skills," ungkap Johnny.(OL-5)

BERITA TERKAIT