SEBAGAI negara yang terdiri dari banyak suku, Indonesia sudah lama dikenal memiliki beragam kebudayaan. Salah satu kebudayaan itu yakni dalam bentuk seni bela diri yang sudah dikenal di seluruh dunia, pencak silat.
Saat ini mungkin hanya ada beberapa perguruan pencak silat yang dikenal masyarakat secara nasional atau internasional. Padahal sejatinya ada puluhan atau bahkan ratusan perguruan pencak silat yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
Karena itu sangat penting untuk merangkul mereka sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya nasional dan sekaligus meminimalkan gesekan antarmasyarakat. Seperti yang dilakukan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko. Melalui kanal Youtube pribadinya, mantan Panglima TNI itu melakukan dialog bersama para pendekar dari berbagai perguruan silat. Sebuah dialog interaktif yang tidak hanya membahas soal perguruan silat di Madiun, tapi juga membahas terkait persoalan bangsa dari kacamata para pendekar.
Para pendekar tersebut antara lain Badri (Perguruan Naras) Warih (Perguruan Sabinongo), Marni (Perguran Epesate), Abdul Gofur Suyanto (Perguruan Persaudaraan Satu Tekad Sriwulan). Di Kabupaten Madiun setidaknya terdapat 14 perguran pencak silat yang bertempat di sekitar Gunung Wilis dan Gunung Tidar.
Obrolan Moeldoko dengan sejumlah pendekar itu mendapat respon positif. Pengamat media sosial, Varhan Abdul Aziz mengapresiasinya. Menurutnya video itu unik dan menarik.
“Konsep dialog interaktif di youtube itu sangat unik dan menarik. Pada edisi terbaru menghadirkan narasumber dari kalangan pendekar. Dua edisi sebelumnya, Moeldoko menghadirkan seniman dan budayawan di kota yang berbeda,” terang Varhan.
Varhan menerangkan bahwa pada edisi para pendekar ini sangat kaya akan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom). Mampu bertahan di tengah gelombang deras budaya luar dampak globalisasi. Sebab itu, youtobe mantan Panglima TNI mestinya menjangkau kaula muda agar mereka tahu khazanah kebudayaan bangsa yang sangat kaya.
Di samping itu, dia menegaskan bahwa dalam jiwa pendekar terdapat sebuah nilai (value). Sebuah nilai yang wajib menjadi prinsip dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bahwa masuk perguruan pencak silat bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk mengasah rasa kasih sayang, bersosial tinggi, dan berakhlakul karimah.
“Suyanto (salah satu narasumber) secara gamblang menjelaskan bahwa pendekar itu tidak diajarkan untuk tawuran. Tapi menjunjung tinggi sosial yang baik, kasih sayang, dan berakhlakul karimah. Jangankan tawuran, menyakiti binatang pun bukan bagian dari ajaran perguruan pencak silat. Ini sebuah nilai yang harus tertanam dalam sebuah ksatria,” ujarnya.
Karena itu dia mendorong pejabat publik agar memaksimalkan media sosial. Sebab hal itu bisa jadi jembatan komunikasi efektif tanpa jarak antara rakyat dan pemerintah. “Youtube Pak Moeldoko bisa menjadi inspirasi pejabat publik berkomunikasi secara efektif dengan beragam komunitas yang ada di Indonesia,” pungkasnya. (RO/A-1)