DOSEN Program Studi Pariwisata sekaligus Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM Muhammad Yusuf menilai kebijakan tarif masuk candi seharusnya ditentukan berdasarkan kajian yang mendalam dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, seperti halnya kebijakan pembangunan di sekitar kawasan candi.
"Saya melihat penentuan tarif ini juga tanpa melakukan studi yang komprehensif, sehingga banyak pihak yang tidak berkenan," kata Yusuf.
Situasi ini membuktikan perencanaan pengembangan wisata Candi Borobudur tidak melalui kajian yang baik. Kalau pun ada kajian, nilai dia, tampaknya hasil tersebut tidak dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan kebijakan.
Baca juga: Tiket ke Borobudur Mahal, Sandiaga: Bukan Komersialisasi
Selain menerapkan kebijakan menaikkan tarif masuk, pemerintah dan pihak-pihak terkait mestinya berusaha memperluas dan memperbanyak atraksi di kawasan Borobudur. Dengan upaya semacam itu tentunya para wisatawan yang berkunjung nantinya tidak hanya fokus pada candi.
"Bahkan, mereka bisa diarahkan untuk bisa mengunjungi beragam desa wisata dan atraksi wisata di sekitar kawasan candi sehingga wisatawan tidak terkonsentrasi hanya pada satu titik saja," tuturnya.
Rencana penerapan tarif yang lebih mahal ini diyakini nantinya akan berdampak cukup banyak bagi masyarakat sekitar candi. Ia pun menyarankan masyarakat lokal dan penggiat pariwisata dilibatkan dalam penetapan tarif untuk mengantisipasi dampak dari kebijakan tersebut.
Ia mengaku khawatir, jumlah kunjungan kemungkinan menurun drastis saat kebijakan tersebut dilakukan. Penghasilan para penggiat pariwisata seperti agen perjalanan wisata, penjual makanan, dan suvenir, homestay dan lain-lain akan menurun.(OL-5)