NYOMAN Nuarta, seniman asal Tabanan, Bali, yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, menjadi pemenang sayembara desain arsitektur Ibu Kota Negara baru di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Saat diwawancara Media Indonesia, Minggu (23/2), Nuarta mengakui bahwa
dirinya pemenang desain IKN. Dari seluruh peserta sayembara, hanya Nuarta yang bukan insinyur.
Para peserta diberi waktu 12 hari untuk mewujudkan konsep, gagasan desain, dalam bentuk visual. Mereka juga diharuskan membuat sekaligus 12 konsep desain, mulai dari istana presiden, istana wakil presiden, Gedung DPR, hingga tempat ibadah.
Setelah menemukan ide dari konsep desainnya, Nuarta bersama tim, memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung-gedung yang disayembarakan. Secara tepat waktu, pada 5 Maret 2020, Nuarta telah mengirimkan desain-desain gedung khusus IKN ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian PU-Pera meminta kelima arsitek dan ahli untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus IKN pada 10 Maret 2020.
"Waktu itu, ada yang diwakilkan oleh tim mereka. Kami presentasi di depan Menteri Basuki Hadimuljono secara bergantian," ungkap Nuarta.
Menurut prosedur yang diterima seluruh hasil dari visualisasi konsep
gagasan desain gedung-gedung khusus IKN, akan dilaporkan oleh Menteri PU-Pera kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Maret 2020.
"Kebetulan dari semua peserta, konsep kami yang diterima. Dasar desainnya dari saya. Tidak mungkin saya kerjakan sendiri, tapi basic ide dari saya. Jadi saya sudah biasa. Ini sama seperti GWK, saya arsiteknya, saya pematungnya, dan yang mengerjakan detilnya tentu ahli-ahlinya," ungkap lulusan Fakultas Senirupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, itu.
Ia mengakui, saat dirinya memenangkan sayembara, ada banyak kritik, sinis, sindiran, yang harus diterima sebab dirinya bukan seorang insinyur.
"Jangankan saya. Seorang ibu juru masak di dapur, kalau dia mampu membuat desain, dan desain itu orisinal, lalu dipakai, siapa yang bisa melarang. Kreativitas itu tidak bisa dibendung, dan tidak ada yang melarang, bahkan dilindungi UU," ujarnya.
Tim dari Kementerian PU-Pera yang menilai, dan keputusan Presiden
yang memilih desain Nuarta yang dipakai untuk membangun IKN.
Garuda
Apa kelebihan dan keunggulan desain IKN Nuarta?.
Menurutnya, desain IKN saat ini benar-benar menunjukkan identitas Indonesia sebagai bangsa.
Sebelumnya, ada Istana Tampaksiring Gianyar Bali yang desainnya hanya
sebagai tempat istirahat. Ada Istana Bogor, yang merupakan warisan Belanda.
Ada Istana Presiden saat ini yang sangat tidak representatif. Ada sekitar 1.400 orang bekerja di sana. "Paspampres sampai membangun tenda-tenda. Seperti mau perang saja. Dijemur di luar. Padahal IKN itu idealnya harus menunjukkan identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bermartabat di dunia," ujarnya.
Ia mengaku banyak masukan dari berbagai pihak yang melihat dan belajar dari banyak negara di dunia seperti di Jepang, Eropa, Amerika atau Australia.
"Saya jelaskan bahwa saatnya Indonesia tidak meniru asing. Kita punya identitas diri. Kita punya kekayaan sendiri, kita punya budaya sendiri. Kalau hanya meniru asing, semua juga bisa," ujarnya.
Nuarta akhirnya mendesain IKN itu seperti Burung Garuda. Sebab, kalau
menyebut nama Burung Garuda, maka itulah Indonesia, negeri dengan sejarah panjang, yang dikarunia keragaman etnis dan bahasa, serta hutan tropis dengan kekayaan vegetasi yang tak ternilai harganya.
Itu artinya, ketika menyebutkan nama Garuda, maka itulah sebuah rumah besar (istana) bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama.
"Apalagi kalau kita ingat semboyan yang tertulis dalam pita yang dicengkeram jari- jari kaki Garuda : Binneka Tunggal Ika. Kita berbeda tetapi tetap menjadi satu juga. Indonesia ada ribuan suku, etnis, bahasa, budaya, ornamen, sampai kekayaan kulinernya," jelasnya.
Semua ini, tambah Nuarta, tidak bisa didesain menjadi satu kesatuan. Maka Burung Garuda-lah jawabannya. Ini kesepakatan untuk menjadi simbol
pemersatu bangsa. Ia mengatasi segala perbedaan, segala silang pandang,
segala keragaman adat istiadat dan perilaku, dan bahkan perbedaan
kepercayaan dan agama.
Simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda, dalam Istana Negara akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam bentuk pola arsitektur. Pertimbangannya ialah pada aspek-aspek estetik, nilai
guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air.
"Dalam tubuh Burung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan
unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden. Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain," ujar seniman kelahiran Tabanan, Bali, itu.
Lebih teduh
Pada bagian lain dari Burung Garuda atau Istana Negara akan diisi dengan museum dan galeri. Ruang publik berupa botani garden yang semuanya harus green.
Ada citra keteduhan sebagai sebuah istana negara. Bahkan dirancang
pula pameran-pameran untuk memperlihatkan karya-karya dari UMKM.
Sosok burung Garuda yang menjadi inti dari arsitektur Istana Negara akan mengikuti pola-pola sebagaimana telah ditetapkan oleh para bapak bangsa di masa lalu.
Sayap Garuda akan membentang sejauh 200 meter dengan tinggi mencapai 76 meter. Bulu-bulu pada setiap sayap Garuda akan berjumlah 17 helai, 8 helai pada bagian ekor, 19 helai pada pangkal ekor, serta 45 helai bulu pada bagian leher.
Oleh sebab itu, Garuda pada Istana Negara akan mewujudkan 17-8 1945, atau Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia yang disuarakan Soekarno-Hatta.
Angka 76 meter tak lain sebagai pengingat bahwa groundbreaking yang menandai dimulainya pembangunan Istana Negara dilakukan saat Indonesia menapaki usia 76 tahun. "Maka, ketika kini kita memandang Istana Negara, akan tumbuh kebanggaan sebagai bangsa yang besar, teguh, dan kuat menghadapi segenap tantangan di depan," yakinnya.
Ia meminta agar jangan sampai IKN di Kalimantan sama seperti di Jakarta
saat ini. Gedung Monas pun sudah kehilangan nilai monumentalnya, karena
dikelilingi oleh gedung tingkat lainnya seperti hotel dan mal.
Monas baru bisa diketahui ketika sudah ada di dekat Monas. "Ini tidak boleh ada lagi di IKN yang baru. Makanya saya meminta agar minimal di radius 6 kilometer sudah tidak ada bangunan tinggi lagi. Supaya IKN itu terlihat jelas dari kejauhan, tampak kemegahannya, menjulang tinggi, dan ikonnya harus kelihatan," tandas pematung Garuda Wisnu Kencana itu.
Di IKN baru, Istana Negara memiliki luas 4 hektare dengan rencana 9 lantai, merupakan bangunan inti dari seluruh kawasan seluas 32
hektare.
Di dalam kawasan ini terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektare,
yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur bugi.
Nyoman juga merancang amphiteather serta wilayah terbuka yang bisa akses masyarakat secara bebas. Wilayah-wilayah seperti ini dibutuhkan untuk semakin menumbuhkan kecintaan dan rasa bangga terhadap negara.
Cara-cara rekreatif semacam ini akan jauh lebih mengena di hati rakyat. Dari semua ini, hanya 2% yang ada gedungnya. Sisanya adalah green zone.
Nuarta juga mengaku diserang soal desain IKN yang tidak ramah lingkungan.
Ia pun membantah hal tersebut. Gedung ini justru ramah lingkungan. Matahari tidak menerpa langsung ke kaca.
Tidak seperti gedung-gedung di Jakarta, matahari langsung menerpa kaca, sehingga ruangan menjadi gerah dan panas, karena radiasi.
"Jangan lagi seperti di Jakarta. Sudah seperti orang menjemur tempe," ujarnya.
Untuk mencegah itu, maka di tubuh Garuda ada bilah-bilah, sehigga semua kaca tidak tertimpa matahari secara langsung.
"Kita harus ingat Kalimantan itu dekat dengan equator, dan pasti lebih panas. Maka kantor ini harus dibuat nyaman, apalagi pada masa global warming. Karena itu, kita memilih bahan yang terbaik," tandas Nyoman Nuarta. (N-2)