PADA Oktober 2022, Kabupaten Tangerang, Banten, menjadi lokasi acara internasional Partnership in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG) Meeting Summit 2022 yang bakal diikuti berbagai negara. Berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan 12 negara tetangga di Asia Timur semakin giat dikerjakan.
"Sebelum acara pada Oktober 2022 kami memastikan kesiapan semua hal. Aquaculture Ketapang akan menjadi tempat untuk PEMSEA Meeting Summit 2022," kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (21/1/2021). Zaki yang juga sebagai Wakil Presiden (Wapres) PNLG menunjukkan secara langsung keberhasilan penanganan kawasan pesisir di Ketapang yang sebelumnya terkesan kumuh dan kini berubah total menjadi kawasan percontohan internasional.
Sejatinya penataan kawasan pantai oleh Pemkab Tangerang dilakukan secara lintas sektoral dan berkesinambungan sejak 2015. Melalui program Gerakan Membangun Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan), penataan kawasan pantai Kabupaten Tangerang dengan panjang sekitar 51,2 km telah kelihatan hasilnya. Bahkan, imbuh Zaki, sudah banyak berbagai institusi, pemerintah daerah, dan internasional mengadopsi program unggulan penataan kawasan pantai tersebut untuk diterapkan di wilayah mereka.
"Keberhasilan itu dapat dilihat dari penataan ekosistem pesisir mulai dari masyarakat hingga lingkungannya. Konservasi mangrove sudah dimulai dari 2013. Sekarang sudah terlihat hasilnya," ujarnya. Ada lima desa pesisir di lima kecamatan yang menjadi fokus pelaksanaan program Gerbang Mapan. Desa-desa tersebut yakni Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga, Desa Ketapang Kecamatan Mauk, Desa Patra Manggala Kecamatan Kemiri, Desa Surya Bahari Kecamatan Sukadiri, dan Desa Kronjo Kecamaatan Kronjo.
Sejumlah keberhasilan itu tampak pada program pembangunan rumah untuk keluarga nelayan di daerah itu, termasuk bantuan perahu hingga jaring penangkap ikan. Ini karena semakin hari nelayan semakin jauh mencari ikan akibat abrasi. "Ada 200-an keluarga yang menjadi nelayan di Ketapang. Kami bangun juga koperasi. Kemudian renovasi rumah mereka dari berdinding bambu dan berlantai tanah menjadi hunian permanen lewat kolaborasi Kementerian PU-Pera, Pemprov Banten, dan Pemkab Tangerang. Disediakan juga air bersih lewat Perumdam," jelasnya.
Dari sisi lingkungan, Aquaculture Ketapang kini mengoleksi 16 varietas pohon mangrove dan 200 ribu lebih pohon serta bibit. Penanaman pohon mangrove tersebut akan memberikan dampak positif pada lingkungan seperti mencegah abrasi yang saat ini sudah memakan pantai lebih dari satu kilometer. Bahkan, ada jenis langka bernama Bruguiera cylindrica atau disebut bakau putih yang kini ada sekitar 70 ribu batang. Jenis ini punya beragam keunggulan, seperti buahnya dapat dikonsumsi sebagai nasi.
Selain pepohonan, kawasan itu sekarang menjadi lokasi budi daya ikan. Sebelumnya, budi daya ikan tidak dapat dilakukan karena airnya kotor dan tercemar. Namun kini air di kawasan tersebut sudah jernih dan berbagai jenis ikan bisa dibudidayakan setelah konservasi mangrove sukses dilakukan. Salah satunya yaitu udang vaname yang telah dipanen dengan hasil memuaskan. "Saat ini panen udang mencapai 1 ton dalam tiga bulan. Produksi udang dapat ditingkatkan lagi karena baru dari satu tambak berukuran 1.000 meter persegi dan masih ada empat tambak lagi yang akan segera menghasilkan. Hal ini diharapkan meningkatkan ekonomi masyarakat," ujar Zaki. Selain udang, ada budi daya ikan nila, bandeng, kerapu, dan kepiting.
Penataan kawasan ini, menurut Zaki Iskandar, masih terus berlanjut ke depan. Selain perbaikan infrastruktur dan pengembangan ekonomi, kawasan Aquaculture Ketapang akan dijadikan destinasi wisata dan pendidikan. "Nanti ibu-ibu istri nelayan bisa mendapatkan penghasilan sampingan dari dampak keberadaan kawasan ini sehingga ekonominya makin sejahtera," ujar Zaki.
Target program Gerbang Mapan yaitu menuju pesisir sejahtera hingga 2023. Dalam pembangunan kawasan Ketapang selama 2017-2023, dana dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang diperkirakan mencapai Rp25 miliar. Ini meliputi program pembuatan jalan, pembebasan lahan akses kawasan Ketapang, normalisasi sungai Ciketapang, rumah tidak layak huni Program Gebrak Pakumis, rumah layak huni kolaborasi dengan PT SMF, dan taman mangrove. Selain itu, ada peran dari APBN melalui dana alokasi khusus. Terdapat pula sumbangsih dari National Slum Upgrading Program (NSUP) Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) dan swadaya dari masyarakat. Jika ditotal, realisasi dana yang dikucurkan sekitar Rp44 miliar.
Atas keberhasilan itu, Ahmed Zaki Iskandar pun dipercaya menjadi Wakil Presiden PNLG pada akhir tahun lalu. Sebagai informasi, PNLG merupakan jaringan regional pemerintah daerah yang menerapkan pengelolaan pesisir terpadu. Organisasi ini diluncurkan secara resmi oleh Program Regional GEF/UNDP/IMO tentang Kemitraan dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Laut Asia Timur (PEMSEA) di Maret 2001. Wadah ini sekaligus menjadi forum untuk bertukar informasi dan pengalaman dalam praktik pengelolaan pesisir terpadu (ICM) di antara pemerintah daerah di wilayah tersebut. Praktik ICM belakangan ini mengarah pada peningkatan tata kelola sumber daya laut dan pesisir yang menghasilkan keuntungan sosial, ekonomi, serta lingkungan di masyarakat.
Baca juga: Tiga Desa di Cirebon Banjir akibat Luapan Sungai Ciberes
Keberhasilan pengelolaan wilayah pesisir ini diakui oleh Ahmad Yani, Ketua Umum Forum Lintas Tokoh Pantura Kabupaten Tangerang. "Saya melihat masing-masing desa diangkat ciri khas keunggulannya tanpa meninggalkan budaya, adat lokal, termasuk kulinernya. Salah satunya ikan bandeng cabut duri, keripik sukun, dan makanan khas lain yang saat ini mulai dikenal masyarakat di luar Tangerang," katanya. (RO/OL-14)