24 August 2021, 14:20 WIB

Saatnya Para Mantan Menjadi Pahlawan


Lilik Darmawan | Nusantara

MI/Lilik Darmawan
 MI/Lilik Darmawan
Para penyintas Covid-19 mendonorkan plasma konvalesen 

SEBAGAI seorang penyintas, Agus Noer Hadi, tahu benar bagaimana harus berjuang pada saat positif covid-19. Untuk menjadi sembuh, diperlukan semangat dan harus mengikuti petunjuk dokter. Pada saat sakit itulah, ia sudah berkomitmen, kalau sembuh, Agus akan menjadi seorang pendonor plasma konvalesen.

"Maka setelah dinyatakan negatif, saya sudah siap untuk donor plasma. Tetapi harus menunggu terlebih dahulu dua pekan, baru boleh donor
plasma. Saya sembuh pada Desember 2020. Setelah itu, sudah tiga kali donor plasma konvalesen," kata Agus kepada Media Indonesia pada Sabtu (21/8).

Dia merasa, setelah donor plasma konvalesen selama tiga kali, rasanya sudah tidak lagi mencukupi titer antibodinya. Tetapi, pada pertengahan Juli lalu, pada saat kasus covid-19 tengah tinggi-tingginya, keponakannya positif dan membutuhkan terapi plasma konvalesen.

"Meski saya sudah donor tiga kali, saya nekat saja ke Kantor Unit Donor Darah (UDD) PMI Banyumas. Ternyata, saya masih bisa. Titer antibodi saya masih bagus, titernya 270," jelas Agus.

Ia begitu bahagia karena upaya terapi plasma konvalesen membuahkan hasil. Keponakannya kini sudah sembuh, salah satunya adalah dengan terapi tersebut. Hingga kini, Agus siap saja, jika titer antibodinya mencukupi. "Jika masih mencukupi, saya siap saja. Biasanya diambil 600 ml," ungkapnya.

Pendonor lain, Muhammad Dani, asal Wonosobo juga terpanggil untuk mendonorkan plasma konvalesen di PMI Banyumas. "Saya sudah berniat, jika sembuh maka akan donor plasma konvalesen. Kebetulan saat ini ada yang membutuhkan. Ada bapak teman saya yang membutuhkan. Selama dono plasmas konvalesen di PMI Banyumas, pelayanannya bagus dan sama sekali tidak menakutkan. Kita hanya tiduran dan ada alat yang mengambil plasma," kata Dani.

Kepala Seksi Pelayanan Donor Darah PMI Banyumas Muhammad Mulkhanasir mengatakan bahwa para pendonor plasma konvalesen yang datang ke PMI sebanyak 10-12 pendonor setiap harinya. Mereka tidak hanya berasal dari Banyumas saja, melainkan juga datang dari Purbalingga, Wonosobo, Banjarnegara dan lainnya.

"Di sisi lain, permintaan plasma konvalesen masih terus ada. Permintaan tercatat cukup tinggi pada Juli lalu. Bahkan, saya pernah ditelepon dari Bali, meminta plasma konvalesen," terang Mulkhanasir.

Dia mengatakan ada dua metode pengambilan bagi pendonor plasma konvalesen. Yakni dengan menggunakan peralatan yang hanya ada di Kantor PMI, yakni pengambilan hanya plasma saja. Sedangkan metode lain secara konvensional, yakni diambil darahnya seperti donor darah, kemudian nanti dipisahkan plasmanya.

"Donor di Kantor PMI dengan peralatan pengambil plasma, akan lebih efektif dan efisien. Sebab, kalau mereka yang memenuhi syarat, dapat
diambil plasmanya langsung hingga 400 cc hingga 600 cc, atau bisa menjadi 2-3 kantong. Karena masing-masing kantong akan berisi 200 cc. Sedangkan dengan cara konvensional, hanya akan diperoleh 200 cc atau satu kantong saja," lanjut Mulkhanasir.

Saat ini, kata Mulkhanasir, pada umumnya mereka yang datang adalah pendonor yang dibawa oleh keluarga pasien. "Jadi mereka yang datang ke sini adalah penyintas yang telah dipesan oleh keluarga pasien. Namun demikian, kalau memang ada sisa dari plasma konvalesen, maka dapat dimanfaatkan oleh pasien lainnya. Kami berharap, para penyintas dengan sukarela mau mendonorkan plasmanya," ungkapnya.

Mencari Pendonor Plasma

Wakil Bupati Banyumas yang juga Ketua PMI Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengatakan pada saat kasus covid-19 masih tinggi, dipastikan kebutuhan plasma konvalesen juga melonjak. PMI terus berusaha untuk melakukan pencarian para penyintas yang telah sembuh dari covid-19 untuk donor plasma.

"Kami berkoordinasi dengan Dinkes dan seluruh puskesmas yang ada di Banyumas untuk mendapatkan data para penyintas yang telah sembuh.Nantinya, PMI akan menghubungi dan memohon kesediaan mereka untuk memberikan donor plasma konvalesen," ujarnya.

Langkah lain yang dilakukan adalah merekrut calon pendonor dengan melakukan pendekatan kepada kepolisian, BUMN, ponpes, perguruan tinggi dan RS.

"PMI juga telah melaksanakan sosialisasi kepada para penyintas yang ada di rumah karantina. Kami juga telah memohon kepada Pak Bupati
agar memotivasi ASN dan pegawai lain yang telah sembuh untuk berdonor plasma konvalesen," ujarnya.

Pemprov Jateng juga mempunyai program Gerakan Donor Plasma Konvalesen (Gedor Lakon). Gedor Lakon yang mulai disosialisasikan sejak awal Juli lalu. Pemprov juga telah meminta kepada pemerintah kabupaten dan kota, sehingga akan semakin banyak penyintas yang mau mendonorkan plasma konvalesen.

Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan Gedor Lakon menjadi program penyadaran kepada para penyintas covid-19 agar bersedia donor. Di sisi lain, mendorong masyarakat agar tidak takut untuk memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti covid-19.

"Sebab, masih banyak yang takut. Silakan ke puskesmas atau RS jika mengalami gejala. Supaya nanti juga masuk dalam database namanya. Pada saat nanti sembuh, bisa dihubungi kembali agar mau mendonorkan plasma konvalesen," ujar Taj Yasin.

Menurut Saptuti Chunaeni dari Unit Donor Darah (UDD) Pusat PMI, peran penting plasma konvalesen adalah antibodi imunoglobulin (IgG) yang ada pada plasma konvalesen dan berperan untuk melawan virus SARS-Cov-2, dengan menurunkan jumlah virus yang ada di dalam tubuh pasien covid-19.

"Kandungan protein yang ada di dalam plasma konvalesen berguna untuk menjaga sel tetap utuh, sehingga organ hati, ginjal, paru, jantung tidak rusak, membuat pasien tidak jatuh ke kasus yang lebih berat. Juga untuk mencegah tidak terjadi long covid yaitu gejala sisa yang dapat dirasakan penyintas seperti masih sesak napas dan lainnya, meski tes PCR sudah negatif," kata Saptuti dalam keterangan tertulis di laman PMI Pusat.

baca juga: Terapi Plasma Konvalesen

Ia mengatakan untuk tingkat efektivitas kesembuhan dengan plasma konvalesen harus dilihat dari ketepatan waktu pemberian plasma sedini
mungkin pada kisaran hari ketiga sampai hari ke-12, maka efektivitas kesembuhannya akan tinggi. Tetapi kalau diberikan kepada pasien yang
sudah kritis, efek terapinya akan kecil.

Donor plasma telah dibuktikan sebagai salah satu alternatif yang cukup efektif. Kini saatnya para mantan atau penyintas covid-19 dipanggil
untuk menjadi pahlawan kemanusiaan. (N-1)

 

BERITA TERKAIT