05 December 2020, 16:50 WIB

Menakar Pemupukan Kunci Kebangkitan Petani Milenial


Cikwan Suwandi | Nusantara

MI/Cikwan Suwandi
 MI/Cikwan Suwandi
Petani Binaan Agathis T Farm sedang memanen dan melakukan pemupukan tanaman buah tin.

TAJUDIN, 28, dan Abdul Rosid, 28, tengah sibuk merapikan ribuan polibag berisi bibit tanaman buah tin dan anggur. Setelah berderet rapi, keduanya menyirami dengan air sebelum diangkut untuk pemesanan wilayah Kabupaten Bandung.

Keduanya merupakan petani milenial binaan Agathis T Farm. Sebuah kelompok petani muda yang khusus membudidaya tanaman buah tin dan anggur. Kelompok petani milenial ini ada di Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya, Karawang.

Dede Halim, 33, sebagai ketua kelompok Agathis T Farm mengungkapkan jika berdirinya Agathis sejak tahun 2016. Bermula karena keprihatinannya terhadap kepedulian pemuda di dunia pertanian yang sangat kurang.

"Memang berawal karena keprihatinan saya terhadap anak-anak muda. Banyak mereka yang tidak peduli terhadap pertanian, padahal dari pertanian, para pemuda bisa memiliki modal kemampuan untuk berwirausaha," kata Dede kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Memang tidak mudah bagi Dede untuk mendirikan Agathis T Farm. Ia harus mencontohkan terlebih dahulu mengenai bisnis pembibitan. "Kenapa saya memilih pembibitan dan buah tin serta anggur. Pertama tin ini memiliki banyak manfaat dan peluang pasarnya ada. Anggur merupakan tanaman yang mewah dan jarang sekali di Karawang yang berpikir untuk membudidaya anggur. Lalu pembibitan karena saya ingin menunjukan jika bertani bisa di lahan yang terbatas," katanya.

Dede mengakui untuk pembibitan awalnya mengalami kesulitan. Terutama mengenai takaran pupuk yang harus diberikan kepada calon bibit yang berasal dari batang pohon yang disteknya.

"Saya juga harus mencoba berbagai macam produk pupuk untuk menghasilkan bibit unggul yang bisa kita jual," katanya.

Keberhasilan mulai terlihat ketika Dede mencoba produk Nitroku dan Jeranti. Produk pupuk kemasan dari PT Pupuk Kujang itu sangat membantunya, karena kebutuhan pupuk untuk bisnis pembibitan tidak begitu besar pemakaiannya hanya menggunakan 10 kilogram pupuk dalam sebulan.

"Pertama karena takarannya yang pas. Nitroku saya gunakan untuk membuat bibit yang akan dijual. Lalu Jeranti itu saya gunakan untuk indukan karena lebih banyak mengandung unsur Kalium (K)," katanya.

Selain itu, Dede mengaku keberhasilannya juga berkat pembinaan dari PT Pupuk Kujang yang mengarahkan bagaimana penggunaan pupuk yang baik.

"Sebelum menggunakan produk pupuk, kita mendapatkan pengarahan dari pemasarannya. Bagaiamana menggunakan pupuk dan bagaimana peluang bisnis pertanian," ucapnya.

Kini omset Agathis T Farm mencapai puluhan juta rupiah perbulannya. Saban bulan mampu memproduksi 1.500 batang bibit siap tanam. Hasil karyanya tersebut sudah ia kirim ke berbagai kota di seluruh Indonesia.

"Setiap bibit tanaman tin saya jual Rp35.000 perbatangnya. Lalu untuk anggur perbatangnya saya jual Rp135.000. Masing-masing umur dua bulan hingga tiga bulan," ujarnya.

Dede mengaku tidak terganggu selama pandemi Covid-19. Bisnis pertanian tetap bisa bertahan dengan baik. "Hanya kisaran satu bulan saja, karena kita tidak bisa mengirim barang. Tetapi setelahnya berjalan lancar," ujarnya.

Hal serupa diakui Munawir, 34, petani milenial asal Desa Kampung Sawah, Kecamatan Jayakerta. Dia membuka pertanian pekarangan rumah dengan nama Vila Balongsawah. Dengan membudidaya berbagai macam sayuran dari okra, jahe, terong, cabai dan tomat. Serta padi dalam box.

"Produk kemasan PT Pupuk Kujang sangat penting untuk kami kaum milenial yang ingin membuka usaha pertanian di pekarangan rumah," ujarnya.

Superintendent Eksternal PT Pupuk Kujang, Nilasari Handiani mengatakan bentuk komitmen PT Pupuk Kujang untuk menjaga kedaulatan pangan nasional. Diantaranya adalah melalui penyesuaian produk pupuk dan kemudahan mengakses pembelian pupuk.

"Pupuk Kujang saat ini menghasilkan produk non subsidi untuk target pasar ritel (1-5 kilogram) dan perusahaan (minimal 50 kilogram - kapasitas besar). Kalau memang punya lahan yang cukup besar bisa dengan order kapasitas besar dan untuk di rumahan bisa dengan packaging 1-5 kilogram bisa didapat di marketplace dan e-commerce www.kujangdigimart.com, diantaranya Nitroku, Jeranti, Bion Up, Excow, Kuriza, KCL, Nitrea, Benih Pareku,NPK 30-6-8," kata Nila.

Tak hanya itu, Nila mengaku untuk membantu petani melihat peluang bisnis pertanian, seringkali pihaknya melakukan pembinaan langsung di lahan petani.

"Demonstrasi plot di lahan petani langsung kita lakukan. Kemudian kami ingin membuktikan bagaimana hasilnya, jika petani melihat langsung, biasanya mereka akan langsung untuk mengikuti. Apalagi setelah hasilnya terlihat, perhitungan bisnis hasil tani dijelaskan kepada petani sampai dengan membuka peluang market dipasaran dengan mendatangkan offtaker, tujuannya agar daya belinya tinggi. Dengan begitu petani akan tercerahkan dengan adanya peluang di agribisnis," paparnya.

Sementara Kadis Pertanian Karawang Hanafi mengakui keberadaan PT Pupuk Kujang sangat dibutuhkan oleh petani di Karawang. Sebab, Pupuk Kujang mampu berinovasi untuk menggairahkan pertanian di Karawang.

"Produk dan pelatihan yang diberikan mampu mendorong petani milenial untuk bangkit melihat peluang bisnis pertanian di Karawang," pungkasnya. (OL-13)

BERITA TERKAIT