16 March 2023, 01:37 WIB

Unsada Pernah jadi Kampus Anak Selatan


Aries Wijaksena | Megapolitan

MI/M Irfan
 MI/M Irfan
.

KETIKA pertama kali menjajakan kaki di kampus lama Universitas Darma Persada (Unsada) di Jl Jenderal Sudirman, dekat Jembatan Semanggi, pada 1993, kesan pertama yang terlihat adalah bangunan-bangunan tua.

Di bangunan-bangunan klasik itu mahasiswa Unsada berkuliah. Suasananya pun asri karena banyak pohon di sekelilingnya. Bahkan kalau lagi musin, mahasiswa bisa memetik mangga dari pohonnya untuk sekedar menjadi camilan.

Tongkrongan mahasiswanya pun cukup bergengsi. Mereka bisa makan siang atau berkumpul di Pasaraya Blok M menunggu jeda waktu kuliah, atau ke perpustakaan Japan Foundation di Gedung Sumitmas yang bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, termasuk situs resmi Unsada, http://www.unsada.ac.id,  universitas ini resmi berdiri pada 6 Juli 1986 atas prakarsa dan dukungan organisasi Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada) bekerjasama dengan organisasi Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ).

Sebelumnya, pada 15 November 1965, para alumni Jepang itu mendirikan Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang (ABKJ), yang kemudian menjadi Akademi Bahasa Asing Melati Sakura. Pendirian akademi ini mendapat dukungan dari istri ke 6 Presiden Soekarno, Ratna Sari Dewi Soekarno, yang berdarah Jepang.

Pendirian Unsada diprakarsai oleh lima alumni dari Jepang, Indra Kartasasmita, Soegeng Soebroto, Sudjiman, Purwanto, dan Abdillah Muchsin.

Mereka membawa ide ini ke Ketua Umum Persada Jenderal Purn TNI Yoga Soegomo. Yoga, pada Maret 1986, mengadakan rapat di Jalan KH Wahid Hasyim 76, Jakarta Pusat dan dihadiri 60 anggota Persada. Pada rapat itu disepakati untuk mendirikan suatu universitas.

Unsada memulai kegiatannya berdasarkan Surat persetujuan KOPERTIS III nomor 15/Kop. III/S. VII/1986 tertanggal 8 Juli 1986, dengan menyelenggarakan 4 program studi.

Belum didapat sumber yang bisa menceritakan Unsada bisa memiliki kampus yang berada di Jl Sudirman itu. Belakangan diketahui jika lahan itu statusnya Tanah Negara berdasarkan Surat Gubernur DKI No 11411/V/86.

Fredy alias Pedro, sesepuh mahasiswa Unsada yang tumbuh besar di kawasan Semanggi, menceritakan jika gedung-gedung yang kemudian menjadi kampus Unsada itu dahulunya adalah gedung sekolah.

"Itu adalah kelas-kelas dari SMA 24, Lapangan Tembak, Senayan. Jadi SMA itu pernah menerima banyak murid, kemudian oleh pemerintah dibangun kelas-kelas di kawasan kampus lama. Namanya kelas jauh. Tapi tiba-tiba menjadi kampus Unsada," kata Fredy.

Berdirinya kampus di lahan itu kiranya merupakan peran anggota Persada yang menjadi pejabat tinggi di masa Orde Baru.

Ada Yoga yang menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) periode Januari 1974–Juni 1989 merangkap Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kaskopkamtib) pada 1980-1989.

Lalu ada juga Marsekal Madya TNI (Purn) Ginandjar Kartasasmita yang kala itu menjabat Menteri Muda Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (1983-1988). Ginandjar adalah anggota Persada yang hingga saat ini menjadi Ketua Dewan Penasehat Persada.

Proses tukar guling lahan kampus pun terjadi. Berdasarkan Surat Perjanjian No 60/1993 pada 4 Juni 1993, Ketua Yayasan Melati Sakura (YMS) Indra Kartasasmita, yang merupakan pemilik Unsada, menukarkan lahan itu dengan di Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, milik PT Danayasa Arthatama.

Bahkan Yoga sendiri yang menandatangai Berita Acara Serahterima sebagai Ketua Umum YMS dengan Direktur Utama PT Danayasa Arthatama Nasroel Chas pada 19 September 1994.

Sejak proses tukar guling itu terjadi, lahan kampus lama pun terlihat terbengkalai. Hingga pada 2 April 2019, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bakal ada pembangunan gedung Indonesia Financial Center di lahan itu. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebagian dari gedung ini akan dimanfaatkan sebagai kantor pusat OJK.

Tapi karena OJK merupakan salah satu lembaga negara yang dipindahkan ke ibu kota baru, maka anggaran pembangunan gedung baru OJK tersebut belum disepakati oleh parlemen. (J-1)

 

BERITA TERKAIT