25 July 2023, 05:50 WIB

Protes Terus Berlanjut di Guatemala Menjelang Putaran Kedua Pemilihan Presiden


Thalatie K Yani | Internasional

AFP
 AFP
Demonstran di Guatemala kembali menuntut Jaksa Agung dan beberapa jaksa lainnya mundur.

PENDEMO Guatemala Senin (24/7) kembali turun ke jalanan menuntut jaksa agung dan beberapa jaksa lainnya mundur. Desakan itu menyusul dugaan upaya mereka untuk menggagalkan pemilihan putaran kedua presiden yang akan datang.

Para demonstran menuntut agar Jaksa Agung Maria Consuelo Porras dipecat karena kantornya berusaha mencabut kualifikasi Partai Semilla (Seed) yang dipimpin Bernardo Arevalo. Arevalo merupakan seorang demokrat sosial yang mengejutkan banyak orang di negara ini dengan lolos ke putaran kedua pada 20 Agustus.

Spanduk yang diangkat dalam demonstrasi yang berlangsung meriah di pusat ibu kota berisi slogan-slogan seperti "Kami Menginginkan Pemilihan Bebas" dan "Saya Menolak Hidup dalam Rezim Diktator."

Baca juga: Alami Kecelakaan Saat Mabuk, Menteri Kehakiman Selandia Baru Mundur

"Rakyat Guatemala akan terus memantau dan menuntut pematuhan terhadap hukum, konstitusi, dan hasil pemilu," ujar Allan Ramirez, seorang pengunjuk rasa.

Hakim Fredy Orellana dan jaksa Rafael Curruchiche mendapatkan kritik dari para demonstran sejak pemungutan suara putaran pertama, 25 Juni.

Baca juga: Partai Penguasa Kamboja Klaim Raih Kemenangan di Pemilu

Dengan perintah dari Curruchiche, Orellana mengarahkan Mahkamah Agung Pemilu (TSE) untuk mencabut kualifikasi Partai Semilla dengan tuduhan adanya anomali dalam proses pembentukannya pada 2017. Namun, TSE menolak untuk mematuhi perintah tersebut.

Sebagai tanggapan, aparat penegak hukum telah dua kali menggeledah kantor TSE dan berusaha menangkap seorang pegawai. Pada Jumat, mereka juga melakukan penyelidikan di markas besar Partai Semilla di Kota Guatemala.

Di luar ibu kota, terjadi protes di bagian barat negara ini, termasuk di kota Quetzaltenango, serta di munisipalitas Mayan di departemen Quiche dan Totonicapan, menurut laporan media lokal.

Tahun lalu, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Porras sebagai tokoh yang korup dan anti-demokrasi. Ia juga dinilai menggagalkan upaya-upaya pemberantasan korupsi.

Brian Nichols, kepala diplomat AS untuk Amerika Latin, pada Senin menyatakan sangat "penting" agar putaran kedua pemilihan berlangsung "tanpa gangguan atau tekanan."

Arevalo dijadwalkan akan bertarung dengan Sandra Torres, mantan ibu negara yang juga berhaluan kiri-tengah. Siapa pun yang menang akan mengakhiri 12 tahun pemerintahan sayap kanan di negara Amerika Tengah ini.

Tindakan hukum yang bergejolak oleh pihak berwenang seputar kampanye Arevalo dalam beberapa minggu terakhir ini banyak diartikan di dalam Guatemala dan di luar negeri sebagai upaya untuk menggagalkan pencalonannya. (AFP/Z-3)

BERITA TERKAIT