02 April 2023, 13:58 WIB

Taliban Tahan 3 Warga Inggris


Cahya Mulyana | Internasional

AFP/Kohsar
 AFP/Kohsar
Taliban berpatroli di Kabul

Tiga pria asal Inggris telah ditahan oleh Taliban di Afganistan. Dua di antaranya telah ditahan sejak Januari.

"Kami bekerja keras untuk mengamankan kontak konsuler dengan warga negara Inggris yang ditahan di Afganistan dan kami mendukung keluarga," ungkap Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AFP, Minggu, (2/4).

Scott Richards dari Jaringan Presidium Inggris mengatakan telah bekerja sama dengan dua keluarga korban penahanannya Taliban. "Kami yakin mereka dalam keadaan sehat dan dirawat dengan baik. Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa mereka telah mengalami perlakuan negatif seperti penyiksaan dan kami diberitahu bahwa mereka sebaik yang diharapkan dalam keadaan seperti itu," ungkapnya.

Baca juga: Pendiri Proyek Pendidikan Anak Perempuan Afghanistan Ditangkap

Menurut dia, tidak ada komunikasi yang berarti antara pihak berwenang dan dua orang yang ditahan Taliban. Kedua pria ini diyakini telah ditahan oleh Taliban sejak Januari.

Tiga warga Inggris yang ditahan Taliban ialah petugas medis Kevin Cornwell, 53, seorang manajer hotel yang belum diketahui namanya dan bintang YouTube Miles Routledge. Presidium di Twitter mendesak Taliban untuk membebaskan ketiganya.

Baca juga: PBB Kecam Penghapusan Pendidikan bagi Perempuan di Afghanistan

Tahun lalu Taliban membebaskan seorang juru kamera televisi veteran dan empat warga negara Inggris lainnya yang ditahan selama enam bulan. Peter Jouvenal adalah salah satu dari sejumlah warga Inggris yang menurut London ditahan oleh kelompok garis keras.

Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan kelimanya tidak terlibat dalam misi Inggris di Afganistan. Juru Bicara Pemerintah Afganistan Zabihullah Mujahid menuduh warga Inggris melakukan aktivitas yang bertentangan dengan hukum negara dan tradisi rakyat Afghanistan.

"Setelah pertemuan berturut-turut antara IEA (Emirat Islam Afganistan) dan Inggris, orang-orang tersebut dibebaskan dan diserahkan ke negara asalnya. Mereka berjanji untuk mematuhi hukum Afganistan, tradisi dan budaya rakyatnya dan tidak akan melanggarnya lagi," tambahnya.

Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021 dan sejak itu memicu kemarahan global dengan kebijakannya khususnya terhadap perempuan dan anak perempuan.

(Z-9)


 

BERITA TERKAIT