PARTAI Nasionalis Bangladesh (BNP) yang merupakan pihak oposisi meminta Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina turun. Alasannya, Hasina gagal mengendalikan lonjakan harga berbagai kebutuhan pokok.
Salah satu demonstran di Dhaka Rafiqul Islam mengaku telah menempuh perjalanan hampir 200 kilometer dari Noakhali. Dalam aksi protes ini, Rafiqul memalsukan identitasnya untuk menghindari risiko penangkapan.
Kepolisian Bangladesh telah menangkap ratusan pendukung oposisi dari BNP sebagai motor demonstrasi menentang lonjakan harga serta desakan mundur terhadap PM Hasina. "Saya telah menghapus isi semua pesan dan masuk ke akun kedua Facebook saya. Kami diminta melakukan hal itu untuk bisa mencapai Dhaka tanpa ditangkap," sebut Rafiqul.
Dengan cara tersebut, kata dia, dirinya berhasil mengecoh kepolisian yang memantau media sosial untuk menekan demonstrasi. Unjuk rasa ini merupakan bagian dari rangkaian sebelumnya di seantero Bangladesh.
BNP menyerukan pemilihan umum luar biasa di bawah pemerintahan interim. Selain itu, ia meminta pencabutan kasus kepala partainya, Khaleda Zia, dan anaknya, Tarique Rahman.
Keduanya didakwa dalam kasus kriminal yang disebut BNP sebagai dakwaan bermotif politik. Total tujuh anggota legislatif dari BNP telah mundur dari parlemen Bangladesh sebagai bentuk protes.
Mereka menyebut pemerintahan Bangladesh saat ini, di bawah PM Hasina dan partai Liga Awami (AL), bersifat ilegal. Hasina, berkuasa di Bangladesh sejak 2009, dituduh melakukan malapraktik elektoral dalam dua pemilu. Pendekatan keras pemerintahannya terhadap oposisi juga memicu gelombang kritik dari sejumlah aktivis dan pengamat independen.
BNP mengeklaim bahwa lebih dari 180.000 kasus hukum telah dilayangkan kepada empat juta anggotanya dalam satu dekade terakhir. Pada waktu bersamaan, lanjut BNP, setidaknya 600 anggota partai mereka telah diculik dan sekitar 3.000 lain menjadi korban pembunuhan di luar jalur hukum di tangan pemerintah. (Aljazeera/OL-14)