PERANG antara Rusia-Ukraina, kekacauan di Haiti, serta meningkatnya kekerasan oleh kelompok kriminal di Meksiko telah berkontribusi pada peningkatan jumlah jurnalis yang tewas saat melakukan pekerjaan pada 2022.
Itu berdasarkan laporan baru dari International Federation of Journalists (IFJ), yang 67 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di seluruh dunia sepanjang tahun ini, naik dari 47 pada tahun 2021.
Lebih banyak pekerja media yang terbunuh saat meliput perang di Ukraina, yakni total 12 orang daripada di negara lain mana pun tahun ini. Kebanyakan dari mereka adalah wartawan Ukraina, namun beberapa wartawan asing juga tewas.
Baca juga: Al Jazeera Bawa Kasus Pembunuhan Abu Akleh ke ICC
Banyak kasus kematian terjadi pada minggu-minggu pertama perang yang kacau. Laporan IFJ juga menyebutkan penembakan fatal jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang dibunuh oleh pasukan Israel pada 11 Mei. Tepatnya, saat dia meliput serangan militer Israel di sebuah kamp pengungsi di Tepi Barat.
Pekan ini, jaringan Al Jazeera secara resmi meminta Pengadilan Kriminal Internasional menyelidiki dan mengadili mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan Abu Akleh. IFJ mencatat setidaknya 375 profesional media, yakni 10 orang lebih banyak dari tahun lalu, saat ini berada di dalam penjara.
Sebagian besar dari mereka yang dipenjara berada di Tiongkok, Myanmar, Turki, Iran dan Belarusia. Dengan meningkatnya jumlah pekerja media yang terbunuh, IFJ dan kelompok hak media lainnya telah meminta pemerintah untuk mengambil tindakan lebih nyata untuk melindungi jurnalis serta kebebasan media.
Baca juga: Jerman dan Islandia Minta PBB Bentuk Tim Pencari Fakta di Iran
“Kegagalan untuk bertindak hanya akan memberanikan mereka yang berusaha untuk menekan arus bebas informasi dan merusak kemampuan orang untuk meminta pertanggungjawaban pemimpin. Termasuk, memastikan mereka yang memiliki kekuasaan dan pengaruh tidak menghalangi jalan keterbukaan," ungkap Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger dalam sebuah pernyataan.
IFJ juga menyatakan bahwa aturan oleh teror organisasi kriminal di Meksiko, serta pelanggaran hukum dan ketertiban di Haiti, juga berkontribusi pada lonjakan kasus pembunuhan. Tahun ini disebut sebagai salah satu yang paling mematikan bagi jurnalis di Meksiko.
Negara itu dianggap paling berbahaya bagi wartawan di luar zona perang. IFJ berbasis di Brussel, yang mewakili 600.000 profesional media dari serikat pekerja dan asosiasi di lebih dari 140 negara, juga mencatat kematian lima jurnalis di tengah krisis politik di Pakistan.(Aljazeera/OL-11)